Akibat pesoalan tersebut, Retno mengatakan, secara psikologis, M, Y, dan YT sudah sangat terpukul, mulai kehilangan semangat belajar, merasa malu dengan teman-teman sebaya karena sudah tertinggal kelas selama 3 tahun berturut-turur karena perlakuan diskriminatif yang mereka terima.
“Ketiga anak sudah menyatakan dalam zoom meeting dengan KPAI dan Itjen KemendikbudRistek, bahwa mereka tidak mau melanjutkan sekolah jika mereka tidak naik kelas lagi untuk keempat kalinya,” jelas Retno.
Baca Juga:
Pengusaha Optimistis Ekonomi Indonesia Tumbuh 5,9% di 2023, Asalkan Pemerintah Lakukan Ini
Penjelasan Kepala Sekolah
Kepala Sekolah SDN 051 Tarakan, Kalimantan Utara, FX Hasto Budi Santoso membantah tudingan terkait intoleransi yang terjadi di sekolahnya.
Baca Juga:
Pemerintah Batasi Pupuk Bersubsidi Mulai 2023, Cuma untuk Urea dan NPK
"Saya tidak setuju dengan pernyataan bahwa terjadi intoleransi di sekolah," ujar Hasto dilansir dari Kompas.com, Selasa (23/11/2021).
"Tidak ada perlakuan diskriminatif atau intoleran. Setiap bertemu guru, ketiganya selalu menyapa, hubungan dengan para temannya baik, begitu juga dengan guru gurunya," lanjutnya.
Hasto membenarkan ketiganya merupakan penganut Saksi Yehuwa. Namun demikian, pihak sekolah tidak pernah mempermasalahkan keyakinan yang dianut.