Dengan demikian, adanya kebijakan dan ruang yang dapat memungkinkan penciptaan sinergi dan komunikasi lintas-aktor menjadi langkah awal dalam pewujudan pertanian berkelanjutan. Sebagai contoh, terlepas dari peluang dan modalitas yang telah berkembang secara signifikan dalam beberapa tahun terakhir dengan munculnya perusahaan startup pertanian, jalan menuju pertanian yang intensif teknologi dan digital yang sangat dibutuhkan untuk partisipasi kaum muda tidak dapat dicapai tanpa kerangka kerja regulasi yang komprehensif.
Lantas, tidak dimasukkannya aspek digitalisasi dalam Rencana Strategis Kementerian Pertanian 2020-2024 merupakan sesuatu yang perlu dievaluasi untuk mendorong lebih banyak investasi swasta dalam inovasi pertanian. Stigma terhadap kesejahteraan petani akan dapat ditepis apabila terdapat akses terhadap permodalan yang lebih mumpuni.
Baca Juga:
Prabowo Tinjau Langsung Panen Padi di Merauke
Meski terdapat mekanisme KUR, sejumlah petani masih merasa kesulitan dalam membiayai praktik pertaniannya. Tidak jarang banyak dari mereka menjadi korban penipuan dan pemerasan dari para rentenir.
Untuk itu, penciptaan ekosistem permodalan tani bauran antara publik-privat perlu digalakan dengan diiringi upaya peningkatan kepercayaan investor terhadap pertanian. Mengubah stigma masyarakat tentang pertanian tidak dapat dilakukan hanya dengan mengandalkan institusi pendidikan saja.
Kolaborasi dengan media juga penting untuk menarasikan pertanian secara lebih positif kepada khalayak yang lebih luas. Penetrasi ide ke rumah tangga dan pendidikan dini juga sama mendesaknya, yang dapat dilakukan dengan memberdayakan komunitas dan pembuat perubahan lokal yang akan menyebarkan berita ke masyarakat luas.
Baca Juga:
Dinas Pertanian Kubu Raya Rencanakan Penanaman Padi 69.462 Ton Tahun 2024
Pada akhirnya, pertanian berkelanjutan hanya dapat terjadi jika regenerasi itu sendiri berkelanjutan. Memastikan aliran tenaga kerja yang stabil dan ketersediaan talenta yang aman lintas-generasi adalah kuncinya.
Dengan kata lain, membangun narasi dan ekosistem mumpuni untuk menjadikan pertanian sebagai pilihan karir yang bonafide, tidak hanya untuk Gen Z, tetapi juga untuk Generasi Alfa yang akan datang dan seterusnya.
Kondisi ideal seperti ini hanya dapat dibangun melalui tindakan kolaboratif dan terpadu yang ditujukan untuk secara kontinu menyesuaikan kondisi ekosistem pertanian dengan tuntutan dan kebutuhan masa depan yang terus berubah.