Pertanian Indonesia sedang mengalami krisis dengan jumlah talenta muda yang terus menyusut. Pandangan dan stigma yang tidak menarik dari praktik pertanian saat ini telah berkontribusi pada rendahnya minat generasi muda - sebuah ironi di tengah-tengah bonus demografi yang dirasakan.
Seiring dengan berlangsungnya sensus pertanian yang sedang berlangsung, momentum untuk refleksi kebijakan ini harus difokuskan pada penciptaan ekosistem tani yang dapat mendukung dan mengembangkan potensi petani muda di masa depan.
Baca Juga:
Prabowo Tinjau Langsung Panen Padi di Merauke
Pendahuluan
Permintaan yang tidak pernah berhenti akan nutrisi yang perlu kita konsumsi telah menjadikan pertanian dan sektor pangan sebagai salah satu industri yang paling penting di dunia. Seiring dengan terus bertambahnya populasi, dengan prediksi mencapai puncaknya pada 9,7 miliar jiwa di tahun 2050, semakin banyak orang yang harus diberi makan. Oleh karena itu, segala bentuk gangguan pada rantai pasokan makanan akan berisiko terhadap ketersediaannya di masa depan.
Kasus ini mungkin menjadi sangat menarik ketika kita berbicara tentang Indonesia, negara dengan populasi terbesar keempat di dunia. Negara tropis ini dianugerahi dengan lahan subur yang sangat luas, membentang hingga 26.300.000 hektare di seluruh nusantara.
Baca Juga:
Dinas Pertanian Kubu Raya Rencanakan Penanaman Padi 69.462 Ton Tahun 2024
Hal ini juga didukung oleh posisi geografisnya yang unik. Dikelilingi oleh cincin api vulkanik, Indonesia memiliki keistimewaan tersendiri dalam memberikan kesuburan pada sebagian besar tanahnya. Sebagai negara khatulistiwa, Indonesia dikaruniai suhu yang relatif konstan dan curah hujan yang cukup yang cocok untuk pertanian.
Sayangnya, potensi besar ini berada di tengah-tengah ironi karena negara ini menghadapi krisis talenta pertanian. Sektor pertanian dan perkebunan merupakan kontributor tertinggi dalam penyerapan tenaga kerja nasional, yaitu 29,9% dari total populasi produktif Indonesia.
Namun, demografi petani saat ini sebagian besar didominasi oleh kelompok usia 40 hingga 60 tahun, dengan jumlah petani yang berusia 20 hingga 30 tahun terus menyusut. Fenomena ini menyoroti menuanya masyarakat agraris Indonesia.