Terlahir di tengah gejolak ekonomi, Gen Z atau Zoomers mendambakan keamanan dalam karier mereka. Mereka tidak hanya ingin mencapai kepuasan, tetapi juga stabilitas dalam pekerjaan mereka.
Namun, dalam melakukannya, mereka juga perlu memegang kendali, tidak dibatasi, dan diberikan fleksibilitas untuk memaksimalkan potensi mereka. Dengan kata lain, keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi atau work-life balance merupakan hal yang penting bagi Gen Z.
Baca Juga:
Prabowo Tinjau Langsung Panen Padi di Merauke
Oleh karena itu, transformasi ekosistem pertanian saat ini perlu memperhatikan lebih banyak insentif dan kesejahteraan bagi para petani yang masih menjadi masalah saat ini, serta tidak terlalu padat karya dalam prosesnya. Untungnya, peluang untuk menyelesaikan masalah ini terletak pada karakteristik kedua dari Zoomers.
Sama seperti generasi Milenial, Gen Z adalah penduduk asli dari era teknologi dan digitalisasi yang berkembang pesat. Penguasaan teknologi telah menjadi suatu keharusan bagi mereka untuk berkembang di dunia saat ini.
Hal ini kemudian memunculkan pemikiran bahwa memilih berkarier di bidang pertanian yang stagnan, "tidak berpendidikan", dan "berketerampilan rendah" merupakan tindakan yang regresif di zaman ini. Hal ini mungkin tidak akan terjadi jika Sains, Teknologi, Teknik, dan Matematika (STEM) benar-benar diterapkan pada sektor pertanian, seperti di Jepang; bagaimana negara ini berhasil mengintensifkan industri pertaniannya dengan lahan yang terbatas.
Baca Juga:
Dinas Pertanian Kubu Raya Rencanakan Penanaman Padi 69.462 Ton Tahun 2024
Oleh karena itu, regenerasi yang sukses juga bergantung pada mengakomodasi bakat-bakat pertanian dengan pelatihan yang tepat dan insentif untuk penerapan teknologi. Hasilnya tidak hanya membuat pertanian tidak terlalu menuntut fisik, tetapi juga meningkatkan kualitas hasil panen; sehingga produk yang dihasilkan lebih kompetitif di pasar.
Tumbuh di era informasi juga membuat Gen Z lebih mudah menerima isu-isu etika di seluruh dunia. Krisis iklim dan ketidaksetaraan yang meluas membuat Zoomers lebih berhati-hati dalam bertindak.
Segala perilaku, baik konsumsi atau pilihan karier, harus mengarah pada keberlanjutan; termasuk dalam memilih makanan. Kesadaran ini adalah modalitas yang dapat dimanfaatkan untuk memulai praktik pertanian berkelanjutan di Indonesia.