Berdasarkan data BPS, luas panen kedelai sejak 1998 hingga 2015 menurun hampir setengahnya semula 1 juta hektar, menjadi 614.095 hektar. Penyusutan lahan ini, kemungkinan karena petani beralih menanam komoditas lain.
Namun, masih ada potensi untuk menurunkan ketergantungan terhadap impor, tambah Prof Andreas, "tapi menurunkan saja, tidak sampai swasembada.".
Baca Juga:
Kunjungi Lampung, Mendag Hadiri Gerakan Tanam Kedelai di Tanggamus
Pertama, mempertahankan harga kedelai di pasaran sebesar Rp12.000. Dengan demikian petani bisa mengambil marjin keuntungan yang lebih besar jika biaya produksi sebesar Rp6000-7000 per kilogram.
Kedua, pemerintah melakukan pembelian kedelai dari petani seharga Rp11.000. Kedelai yang dibeli pemerintah, nantinya bisa dijadikan cadangan, yang sewaktu-waktu bisa dilepas ke pasar saat harga kedelai global sedang meroket.
"Sehingga harga [nanti] turun sesuai harga mekanisme pasar," katanya.
Baca Juga:
Turunkan Harga Kedelai, Mendag Ganti Selisih Harga
Pendapat Profesor Andreas disambut hangat oleh petani kedelai.
Di lapangan, petani kedelai di Grobogan, Jawa Tengah mengaku "senang" dengan kenaikan harga kedelai global yang menyentuh Rp12.000 per kilogram.
Harga tersebut telah melampaui biaya produksi mereka di kisaran Rp6000-6500 per kilogram. Saat ini petani menjual kedelai di harga Rp9.000-10.000 per kilogram.