Berdasarkan catatan Pusat Koperasi Tahu Tempe Indonesia (Puskopti) produksi tahu dan tempe di Indonesi tiap bulan mencapai 250.000 ton.
70% pasar terbesar ada di pulau Jawa. Untuk kebutuhan di Jakarta sebanyak 20.000 ton per bulan.
Baca Juga:
Kunjungi Lampung, Mendag Hadiri Gerakan Tanam Kedelai di Tanggamus
Ketua Puskopti DKI Jakarta, Sutaryo mengatakan, melalui mogok ini ia berharap pemerintah ikut campur dalam menentukan harga dalam negeri melalui subsidi.
"Jangka pendeknya, kalau harga kedelai tinggi, lalu konsumen daya belinya lemah, maka harus disubsidi. Karena ini konsumsi masyarakat lemah," katanya.
Baca Juga:
Turunkan Harga Kedelai, Mendag Ganti Selisih Harga
Untuk jangka panjang, Sutaryo mendesak agar pemerintah membenahi tata niaga kedelai yang menjadi bahan baku pembuatan tempe dan tahu. "Supaya pemerintah punya buffer stock [pasokan cadangan]," katanya.
Menurut Sutaryo aksi mogok perajin tempe dan tahu merupakan "masalah klasik". "Masalah yang sama, berulang-ulang dari tahun 2008," katanya.
Jauh sebelum itu, pada 1998 International Monetary Fund (IMF) memberikan resep perbaikan ekonomi kepada pemerintah Indonesia, di antaranya menekan pajak impor.