Di masa keketuaan ASEAN yang dipegang Brunei dan Kamboja, dua negara ini bisa dibilang gagal menjembatani perdamaian Myanmar. Bahkan, Menteri Luar Negeri Kamboja yang sekaligus menjadi Utusan Khusus ASEAN pun gagal menemui Aung San Suu Kyi yang ditahan, saat berkunjung ke Myanmar untuk melakukan negosiasi dengan junta.
Selama krisis politik berlangsung, Myanmar juga mengeksekusi belasan aktivis demokrasi yang sebelumnya sudah ditahan. Mereka bahkan diadili di pengadilan tertutup dan tidak diketahui oleh keluarganya hingga akhirnya dieksekusi mati.
Baca Juga:
Dua Kecamatan ‘Clear’ Rekapitulasi, Ketua KPU Kota Bekasi Klaim Pleno Terbuka Kondusif
6. Indonesia vokal untuk menangani masalah Myanmar
Indonesia merupakan negara anggota ASEAN yang cukup vokal menyuarakan perdamaian di Myanmar. Salah satunya adalah pertemuan para pemimpin ASEAN di Jakarta pada 24 April 2021 yang menyepakati Five Point Consensus (5PC).
Pertemuan ini pun dihadiri oleh komandan junta militer Myanmar, Jenderal Min Aung Hlaing. Namun, hingga saat ini, implementasi 5PC belum sepenuhnya terlaksana karena tidak adanya komitmen dari Myanmar sendiri.
Baca Juga:
Mulai Minggu Ini, Deretan Film Blockbuster Big Movies Platinum GTV Siap Temani Akhir Tahunmu!
Kelima butir 5PC ini adalah penghentian kekerasan di Myanmar dan semua pihak harus menahan diri sepenuhnya, lalu melakukan dialog konstruktif di antara semua pihak untuk mencari solusi damai bagi kepentingan rakyat.
Ketiga, Utusan Khusus Ketua ASEAN akan memfasilitasi mediasi proses dialog dengan bantuan Sekretaris Jenderal ASEAN. Keempat, ASEAN akan memberikan bantuan kemanusiaan melalui AHA Centre dan terakhir, utusan khusus serta delegasi terkait akan mengunjungi Myanmar bertemu dengan pihak-pihak Myanmar.
Tak berhenti sampai di situ, tahun ini, tepatnya pada 27 Oktober 2022, Indonesia pun menginisiasi pertemuan tingkat menteri luar negeri ASEAN yang bertempat di Sekretariat ASEAN di Jakarta. Pertemuan ini dikhususkan untuk membahas isu konflik Myanmar.