“Lautan, secara konseptual, merupakan penghubung dan pemersatu setiap pulau antar negara dalam kawasan. Simbolisasi fauna dengan profil burung Maleo merupakan representasi kekayaan hayati Nusantara karena Maleo merupakan burung khas endemik Sulawesi, Indonesia,” lanjut Retno.
Retno menjelaskan, bentuk keseluruhan simbol dalam logo tersebut sangat dinamis di mana ASEAN responsif dan adaptif merespon segala perubahan yang terjadi secara internal maupun eksternal.
Baca Juga:
Dua Kecamatan ‘Clear’ Rekapitulasi, Ketua KPU Kota Bekasi Klaim Pleno Terbuka Kondusif
3. Pertumbuhan ekonomi ASEAN di atas rata-rata
Sementara itu, Retno mengungkapkan bahwa pertumbuhan ekonomi kawasan Asia Tenggara masih berada di atas rata-rata pertumbuhan ekonomi dunia, di tengah ketidakpastian ekonomi global saat ini.
“Kita patut bersyukur di tengah ekonomi yang diproyeksikan terus menurun, pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia Tenggara berada di atas rata-rata pertumbuhan ekonomi dunia,” tukas Retno.
Baca Juga:
Mulai Minggu Ini, Deretan Film Blockbuster Big Movies Platinum GTV Siap Temani Akhir Tahunmu!
Retno tak memungkiri bahwa kawasan Asia Tenggara memang pernah terkena dampak krisis keuangan yang cukup berat. Tetapi, setelah itu, Asia Tenggara memiliki kinerja ekonomi yang cukup kuat.
Tercatat pertumbuhan ekonomi ASEAN hampir selalu di atas rata-rata pertumbuhan dunia, antara lain:
Pada 2012 ASEAN : 6,2 persen, dunia : 2,7 persen
Pada 2015 ASEAN : 4,8 persen, dunia : 3,1 persen
Pada 2018 ASEAN : 5,2 persen, dunia : 3,3 persen
Pada 2019 ASEAN : 4,6 persen, dunia : 2,6 persen
“Proyeksi pertumbuhan kawasan ASEAN tahun 2022, sebesar 5,1 persen. Diprediksi lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi dunia sebesar 3,2 persen,” papar Retno.(jef)