Ibunya pun menyusul untuk mengibur Nisa.
Pilihan yang dimiliki Nisa hanya dua, menyerah atau tetap mengikuti tes bahasa Inggris. Opsi kedua yang dipilihnya.
Baca Juga:
Raih Gelar Master SDM dari AS, Penerima Beasiswa LPDP Maria Jochu Kembali ke Papua Jadi Lurah
Hasil tes pun keluar, tapi nilainya hanya kurang 0,5 untuk memenuhi syarat.
Namun ternyata, kampus memiliki kebijakan keringanan nilai bila pendaftar mempunyai kontribusi yang signifikan terhadap kesehatan masyarakat.
Ia lantas meminta supervisinya di tempat kerja terdahulu untuk menuliskan recommendation letter yang menyatakan program akses kesehatan kanker yang diusung oleh Nisa saat berkeja membuahkan hasil.
Baca Juga:
Kisah Inspiratif Polisi Sisihkan Gaji Demi Dirikan Sekolah Gratis Anak Yatim di Indramayu
"Alhamdulillah, aku lolos saat H-3 minggu sebelum kelas pertama dimulai. Orangtua langsung sujud. Mungkin ini nggak akan kejadian, kalau aku memilih menyerah," kata.
Perjuangannya dengan bahasa Inggris tak berhenti di situ.
Saat kuliah, Nisa sempat kewalahan untuk memahami perkataan para dosennya yang berbahasa Inggris dengan logat dari negara masing-masing. Seiring berjalan waktu, ia bisa beradaptasi dengan kondisi tersebut.