Pensiun, ia lalu mencari nafkah untuk keluarga sebagai supir ojol.
Ibunya, Sunarsih, juga perantau dari Jawa Timur, tepatnya Ngawi. Di Ibukota, ia menjadi asisten rumah tangga (ART). Baik ayah maupun ibunya hanya bisa menyelesaikan pendidikan formal sampai bangku sekolah dasar.
Baca Juga:
Juarai Miss Indonesia 2024, Inilah Profil Monica Sembiring
"Sebenarnya semangat Mama dan Bapak yang menginspirasiku untuk bisa menjaga amanah mereka. Karena mereka selalu bilang, walau cuma lulusan SD, mereka berharap anak-anaknya punya pendidikan lebih baik," ungkap anak tengah dari tiga bersaudari ini.
Amanah tersebut dijalani betul oleh Nisa. Berprestasi di SMA, ia mendapat beasiswa S1 dari Universitas Indonsia (UI) pada 2013 untuk mengenyam pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat.
Berbagai pencapaian kembali diraih Nisa. Mulai dari mengikuti program pertukaran pelajar internasional, juara ketiga duta kesehatan kampus, hingga juara kedua Mahasiswa Berprestasi UI.
Hari-harinya juga disibukkan dengan penelitian. Ditambah lagi, ia dipercayakan sebagai asisten dosen.
Baca Juga:
Raih Gelar Master SDM dari AS, Penerima Beasiswa LPDP Maria Jochu Kembali ke Papua Jadi Lurah
Dengan segala kesibukannya, Nisa berhasil merampungkan studinya hanya dalam kurun 3,5 tahun dan lulus dengan status cumlaude pada 2017.
Terlepas dari deretan prestasi tersebut, kemampuan berbahasa Inggris diakui perempuan kelahiran 17 Juni 1995 itu sebagai salah satu kelemahannya.
Namun, itu tak mengurungkan niat Nisa untuk kuliah di luar negeri lewat jalur beasiswa. Sebagai persiapan, ia tekun mengasah bahasa Inggrisnya sembari bekerja setelah lulus kuliah.