Mereka juga kekurangan pelatihan dan memiliki pemahaman yang lemah mengenai sistem waralaba. Latar belakang ini yang kadang menyulitkan franchisor menyediakan dukungan kepada mitra franchisee.
Karakteristik ini cenderung menghasilkan rantai waralaba yang lebih lemah pada tingkat dukungan waralaba dan persepsi brand di pasar konsumen.
Baca Juga:
Industri Nikel Sulteng Dorong UMKM di Sekitar Tambang
Namun yang perlu diingat bahwa ukuran keberhasilan microfranchise adalah pada kemampuannya menyediakan produk secara ekonomis dan sosial dengan cara yang berkelanjutan (sustainable).
Ini berbeda dengan conventional franchise yang dievaluasi berdasarkan pertumbuhan dan skala pengembalian secara komersial.
Tim Microfranchise
Baca Juga:
Wujudkan Program Elektrifikasi Gaya Hidup di Sektor UMKM, PLN Bantu Pengrajin Ulos Gunakan Mesin Tenun Elektrik
Menanggapi kesulitan yang dihadapi, sejumlah pemerhati waralaba mengusulkan pembentukan microfranchise berbasis kelompok atau tim. Microfranchise kelompok ini diartikan sebagai proses di mana lebih dari satu orang memiliki dan berpartisipasi dalam pengelolaan bisnis waralaba.
Tim yang dibentuk memiliki pandangan kolektif untuk berbagi tujuan bersama, melakukan tugas, dan berinteraksi sosial dalam konteks organisasi.
Terdapat lima keunggulan membentuk microfranchise berbasis tim (Melo, dkk, 2014).