Dia akan selalu menjawab pertanyaan tentang di mana dia tinggal dengan mengatakan dia "tinggal di taman", kata salah-seorang kerabatnya.
Perjalanan Oh ke Batam berhenti begitu pandemi melanda, setelah Singapura menutup sebagian besar perbatasannya dan mengizinkan perjalanan hanya bagi mereka yang bersedia membayar untuk karantina dan tes Covid-19.
Baca Juga:
Polda Kalsel Berhasil Selamatkan 463.299 Petani dari Peredaran Pupuk Ilegal
Namun, dia tetap membantu keluarganya secara finansial dengan mengirim mereka antara S$500 - S$600 (sekitar Rp6,3 juta) sebulan.
Tunawisma relatif jarang terjadi di Singapura. Negara ini rata-rata memiliki salah satu populas terkaya di Bumi.
Baca Juga:
Kekeringan Ancam Panen Padi di Labura, Petani Terancam Rugi
Produk domestik bruto (PDB) per kapita negara kota ini mencapai hampir $60.000, menurut angka terbaru dari Bank Dunia.
Singapura juga memiliki sistem perumahan umum yang luas, dengan hampir 80% penduduknya tinggal di properti yang disubsidi, dibangun dan dikelola oleh Housing Development Board (HDB).
Namun, meskipun tuna wisma bukanlah pemandangan umum di kota ini, diperkirakan sekitar 1.000 warga Singapura kehilangan tempat tinggal.