Tinggal di hutan
Oh tumbuh bersama keluarganya di Sungei Tengah - sebuah kampung atau setingkat desa.
Baca Juga:
Produksi Beras Meningkat, Bapanas Pastikan Petani Tetap Untung Lewat Harga Gabah Resmi
Namun, pada 1980-an, kampung-kampung ini dirobohkan, guna membuka jalan bagi kehadiran gedung-gedung pencakar langit yang baru.
Sebagian besar penduduk kampung ditawari rumah baru oleh pemerintah, tetapi Oh tidak mendapatkannya.
Sedangkan saudara laki-lakinya mendapatkan flat pemerintah dan Oh diundang untuk tinggal di sana - tetapi dia akhirnya pindah karena mengaku tidak ingin merepotkan.
Baca Juga:
Percepat Swasembada Pangan, Wapres Raka ke NTT Temui Petani Kolisia Sikka
Jadi, dia kembali ke hutan dekat tempat rumah lamanya dulu dan mulai bermalam di tempat penampungan sementara yang terbuat dari potongan kayu, bambu, dan terpal.
Saat mendekati tempat penampungan, Anda bakal melihat abu kayu di depan pintu yang merupakan bekas perapian yang digunakan Oh untuk memasak.
Tumpukan barang-barangnya berada di tengah-tengah penampungan, dan bagian belakang tendanya digunakan sebagai tempat tidur.