Dari pelajaran praktik intelijen di Indonesia, menurut saya, ulah agen CIA yang paling spektakuler adalah saat menyelinapnya seorang agen wanita CIA yang mengaku mahasiswi AS yang tengah tugas belajar dan mempelajari budaya Indonesia. Ia berhasil masuk ke lingkungan keluarga Bung Karno di Istana Merdeka.
Seperti yang saya ceritakan dalam buku "Bung Karno, Bapakku, Kawanku, Guruku" (1977), mahasiswi itu berwajah cantik, dada montok, pinggul ranum, paha dan betis serta kulitnya kuning tanpa berbintik-bintik.
Baca Juga:
Lakukan Kekerasan Seksual pada 24 Wanita, Agen CIA Divonis 30 Tahun Penjara
Cewek bule yang kecantikannya seolah milik "Ken Dedes”—bisa disebut sempurna (perfect)—nyaris mengobrak-abrik NKRI dari dalam Istana dan keluarga Bung Karno.
Namun, hingga kini, ingatan penulis masih belum dapat mengutarakan siapa namanya. Dengan berkebaya Jawa, perempuan itu berhasil ikut latihan menari dengan adik-adik saya, Megawati, Rachmawati, dan Sukmawati.
Karena hubungan dekat mereka, Bung Karno pun mengusulkan agar yang bersangkutan tinggal di Istana Merdeka. Bahkan, Bung Karno menyebut ia ”saudara angkat” adik-adik saya.
Baca Juga:
Soal Penembakan Trump, Eks Bos CIA Buka-bukaan Sebut Kejanggalan Ini
Sebenarnya, sebelum diputuskan untuk masuk ke Istana Merdeka, Bung Karno sudah memerintahkan semua badan intelijen melakukan investigasi terlebih dulu. Namun, mahasiswi AS itu ditemukan benar-benar "clean and clear".
Identitas dan profesi yang bersangkutan baru terbongkar berkat informasi Presiden Pakistan Ayub Khan, sahabat kental Bung Karno. Khan menghubungi Bung Karno lewat telepon dan menjelaskan apa dan siapa sang ”mahasiswi” itu.
Diceritakan, boleh jadi ia menyusup ke Istana untuk mendapatkan informasi-informasi sangat penting mengenai kebijakan Indonesia dan Bung Karno menghadapi politik luar negeri AS.