Guru Besar Ilmu Sejarah UNS itu memaparkan bahwa perbedaan antara Sala dan Surakarta hanya pada istilahnya dan tidak mengubah substansi.
"Perbedaan istilah tidak mengubah substansi, ya tetap sama," kata Prof Warto.
Baca Juga:
Yakini Putaran Kedua Pilgub Jakarta, Pemuda Pancasila Siap All-Out Dukung RK-Suswono
Kini, penyebutan Surakarta sebagai nama keraton berubah sebagai nama resmi kota administratif. Sehingga untuk nama resmi, penulisan yang benar adalah Kota Surakarta.
Sementara itu, penyebutan Solo atau Sala menjadi nama yang populer atau umum digunakan oleh masyarakat.
Sejarah Kota Solo
Baca Juga:
Tak Terima Dimarahi, ABG di Deli Serdang Tikam Ibu Kandung 12 Kali
Dahulu, Solo disebut sebagai desa terpencil, tenang, dan hanya berjarak 10 km ke timur dari Kartasura, pusat Kerajaan Mataram pada kala itu.
Prof Warto menjelaskan bahwa Kota Solo yang sekarang adalah hasil dari perpindahan kerajaan Kartasura ke Desa Sala di tahun 1745. Dulunya, Desa Sala merupakan sebuah desa perdikan yang dipimpin oleh seorang kiai bernama Ki Gede Sala atau Kiai Sala.
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), desa perdikan merupakan desa yang dibebaskan dari kewajiban membayar pajak kepada pemerintah pusat pada zaman kerajaan.