KRTNews.id | Presiden Joko Widodo pernah menjabat sebagai wali kota di daerah yang terletak di Jawa Tengah ini. Uniknya kota ini dikenal dengan ciri khasnya yang memiliki dua nama sekaligus, yaitu Solo dan Surakarta.
Solo atau Sala sebenarnya dikenal lebih dulu oleh masyarakat ketimbang Surakarta. Ini disebabkan Surakarta didirikan di sebuah desa bernama Sala, di tepi Sungai Solo.
Baca Juga:
Lahan Sawit Ilegal 3,5 Juta Hektare, DPR Siapkan Solusi Pemutihan
Dikutip dari situs Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Surakarta pada Jumat (25/11/2022), Desa Sala dipilih oleh Sultan Pakubuwono II saat ingin mendirikan istana baru, tepatnya setelah perang Mataram terjadi di Kartasura.
Pelafalan Sala Berubah Menjadi Solo
Menurut Dekan Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Prof Warto, kedatangan Belanda menyebabkan penyebutan Sala berubah menjadi Solo. Ini dikarenakan, pelafalan huruf "a" berubah menjadi "o".
Baca Juga:
IKN Diserbu Wisatawan Saat Lebaran, Benarkah Lebih Cocok Jadi Destinasi Wisata?
"Dengan huruf 'a', ingat huruf Jawa 'o' dan 'a' punya perbedaan yang sangat penting. Kalau Sala ditulis dengan huruf Jawa nglegena atau telanjang. Kalau di-taling-tarung jadi 'o' makanya So-lo gitu. Dan, alasannya Sala jadi Solo karena orang Belanda susah ngomong Sala," katanya dikutip dari laman resmi UNS.
Perbedaan Sala, Solo dan Surakarta
Adapun, perbedaan antara Sala dan Surakarta yakni, Sala merupakan desa yang ditempati untuk Keraton Surakarta Hadiningrat. Sementara itu, Surakarta merupakan nama kerajaan Kartasura setelah pindah ke Desa Sala.