KRT.WahanaNews.co, Jakarta - Berdiri di depan layar interaktif raksasa, Chen Tengxu (10) tidak sabar menunggu kemunculan hewan-hewan mitologis dari berbagai dongeng China.
Ketika sembilan ekor hewan mitologis satu per satu berlari ke arah Chen dan teman-teman sekelasnya dari gunung salju, gurun, dan laut dalam, penantian mereka berubah menjadi sorak-sorai gembira. Sepuluh pelajar sekolah dasar itu berusaha "menangkap" hewan-hewan tersebut dengan menyentuh layar, memunculkan bunga api pada ikon hewan setiap kali mereka berhasil melakukannya.
Baca Juga:
Ketua Satgas PAPDI: Komorbiditas dan Gaya Hidup Buruk Perparah Pneumonia Dewasa
Pengalaman imersif ini disuguhkan oleh Beijing Kingsmo Co., Ltd. di pameran tematik jasa budaya dan pariwisata di Pameran Perdagangan Jasa Internasional China (China International Fair for Trade in Services/CIFTIS) 2024, yang berlangsung pada 12-16 September.
Mengusung tema "Jasa Global, Kemakmuran Bersama" (Global Services, Shared Prosperity), CIFTIS edisi tahun ini diikuti oleh 85 negara dan organisasi internasional serta 450 lebih perusahaan yang termasuk dalam daftar Fortune Global 500 dan berbagai perusahaan terkemuka.
Menampilkan sekelompok hewan penjaga di bubungan Hall of Supreme Harmony yang ikonik di Kota Terlarang, gim interaktif ini didukung oleh berbagai teknologi digital, termasuk tampilan tiga dimensi mata telanjang (naked-eye 3D) dan konten yang dihasilkan AI (AI-generated content/AIGC).
Baca Juga:
IDAI Rekomendasikan Jadwal Pemberian Vaksin PCV untuk Lindungi Anak dari Pneumonia
Setelah anak-anak puas melakukan eksplorasi, sebuah gulungan digital terbentang di layar, menampilkan sembilan hewan mitologis itu beserta deskripsi mereka. Warna latar gulungan itu senada dengan warna pakaian yang dikenakan Chen dan teman-teman sekelasnya.
"Tadi seru sekali, dan saya akan selalu mengenang foto bersama yang kami abadikan di depan gulungan itu, karena itu mewakili kenangan yang dibuat khusus oleh AIGC untuk kami," kata Chen, seraya menambahkan bahwa dia banyak belajar tentang arsitektur dan legenda tradisional China, dan kini menjadi semakin tertarik dengan keduanya.
"Teknologi digital dapat membantu budaya tradisional beradaptasi dengan kebutuhan kaum muda dan menjangkau audiens yang lebih luas dengan lebih cepat," kata Ali Yang, pendiri sekaligus CEO perusahaan itu. Menurutnya, penerapan teknologi digital yang lebih luas mencerminkan peningkatan konsumsi di industri budaya dan pariwisata.