Korut dan China bahkan menangguhkan perdagangan kereta api pada April tahun ini karena kekhawatiran Pyongyang akan infeksi, tetapi pengiriman kargo laut terus berlanjut.
"Pelaut Korea Utara mungkin terinfeksi saat berinteraksi dengan awak lain, akhirnya menularkan virus ke awak pelabuhan," kata situs spesialis yang berbasis di Seoul, NK News dalam sebuah analisis.
Baca Juga:
Pukulan Telak bagi Rezim Kim Jong Un: Diplomat Terpercaya Korut Membelot
2. Tolak Vaksin dari WHO dan Negara Lain
Korut juga menolak untuk mendapatkan vaksin dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Padahal lembaga itu sempat ingin mengirimkan jutaan vaksin Sinovac dan AstraZeneca.
Kim juga dilaporkan berulang kali menolak bantuan pandemi dan vaksin dari negara tetangganya, Korea Selatan (Korsel) dan China.
Baca Juga:
Waspadai Pencurian Tinja, Pemimpin Korut Bawa Toilet Kemanapun Pergi
Kementerian Unifikasi Seoul Korsel yang bertanggung jawab atas hubungan lintas batas, mengatakan pihaknya mengusulkan untuk menyediakan pasokan medis, termasuk vaksin, masker dan alat uji, serta kerja sama teknis. Namun, pesan tersebut belum diterima Korut.
Tawaran itu datang tidak lama setelah Presiden Korsel Yoon Suk-yeol mengatakan akan membantu Korut memerangi pandemi.
Penolakan ini memiliki alasan. Korut berdalih negaranya tidak begitu membutuhkan vaksin karena tidak memiliki kasus dan menyebut masih banyak negara lain yang lebih membutuhkan vaksin dibanding negaranya.