Kedua, importir sawit, khususnya di India, China dan Eropa akan mencari alternatif sawit ke Malaysia. Akibatnya, petani dan ekosistem industri CPO Malaysia kebanjiran kontrak.
Dikhawatirkan kontrak berlaku jangka panjang minimum satu tahun ke depan. Sehingga, saat Indonesia membuka kembali keran ekspor, bisa jadi calon pembeli sudah terlanjur terikat kontrak dengan Malaysia.
Baca Juga:
Harga TBS Kaltim Naik jadi Rp2.490,52 Per Kg
"Ketika pelarangan ekspor CPO dicabut, tidak mudah bagi produsen sawit Indonesia mencari calon buyer karena sudah terikat kontrak dengan Malaysia," ungkap Bhima.
Indonesia juga akan kesulitan mendapatkan kembali pembeli CPO di pasar internasional, karena muncul kekhawatiran bahwa kebijakan perdagangan Indonesia dapat berubah lagi.
"Tidak semua otomatis kembali normal. Apalagi, dampak pelarangan ekspor CPO menimbulkan trauma bagi buyer di luar negeri karena ketidakpastian kebijakan di Indonesia cukup tinggi," tandasnya. [tum]