Selayar juga disebut sebagai titik strategis lalu lintas pelayaran jalur rempah di nusantara. Mengutip dari jalurrempah.kemdikbud.go.id posisi Selayar sangat strategis sehingga memungkinkan kapal-kapal dari Jawa atau Makassar yang menuju Maluku, dan sebaliknya, singgah di Selayar.
Perjalanan dagang melalui laut ini dapat dilakukan semua musim, baik musim barat maupun musim timur. Beberapa catatan maupun naskah, termasuk dalam The Green Gold of Selayar (1995) karya Heersink juga mencatat bahwa pada abad ke-17 Selayar sudah sangat ramai bahkan menjadi bagian dari jalur perdagangan internasional.
Baca Juga:
Pemprov Harap Harta Karun Lombok Disimpan di Museum NTB
"Selayar itukan letaknya strategis jadi ketika ada perahu-perahu yang membawa komoditi termasuk komoditi rempah, dia mengambil rempah di wilayah timur Indonesia seperti Ternate. Tentu di saat itu butuh persinggahan untuk mengambil air bersih, air tawar," papar Yadi.
"Nah, posisi Selayar berada di situ. Di satu sisi, bisa jadi ada komoditi Selayar yang mungkin dibutuhkan. Sehingga banyak pelayaran-pelayaran pada masa lalu itu singgah di perairan Selayar," sambungnya.
Berdasarkan peta rute dagang maritime berdasarkan gambaran Kementerian Kelautan dan Perikanan Selayar menjadi tempat persinggahan pada jalur perdagangan pasar utama Jawa menuju Guangzhou, China. Yakni dengan jalur dagang dari Jawa, Kalimantan, Makassar, kemudian melintasi Selayar menuju perairan Maluku, dan menuju laut China menuju Guangzhou, China.
Baca Juga:
Harta Karun Raksasa RI di Natuna Bakal Dilelang!
Bukti Selayar Sebagai Daerah Transit Perdagangan di Masa Lampau
Salah satu bukti bahwa perairan Selayar menjadi lintas perdagangan adalah penemuan peninggalan pedagang Cina pada abad 17-18. Melansir dari kkp.go.id, diketahui peninggalan tersebut adalah jangkar raksasa yang memiliki panjang batang 226 cm, panjang lengkungan 167 cm, dan lingkar batang 60 cm.
Jangkar kapal dagang ini milik Gowa Liong Hui yang awalnya digunakan untuk pelayaran hingga Padang pada abad 17 M. Kemudian sampai di Selayar jangkar tersebut rusak hingga tidak dapat digunakan lagi. Saat ini jangkar tersebut ditempatkan di Kampung Padang, Desa Bontosunggu, Kecamatan Bontoharu, Kabupaten Kepulauan Selayar.