JurnalMaritim.id | Kepala Badan Keamanan Laut (Bakamla), Laksdya TNI Aan Kurnia menyebutkan penyeludupan narkoba ke Indonesia merupakan ancaman maritim paling berbahaya.
Mengantisipasi hal tersebut, Bakamla akan melakukan berbagai upaya untuk mencegah narkoba masuk ke Indonesia terutama yang diselundupkan lewat laut.
Baca Juga:
BMKG Peringatkan Hujan Lebat dan Angin Kencang di Sejumlah Wilayah 6–7 Juli 2025
"Narkoba merupakan ancaman maritim paling berbahaya karena dampak buruk yang ditimbulkan dalam jangka panjang terhadap generasi muda," ujar Kurnia usai perayaan HUT ke-17 Bakamla di Mabes Bakamla RI, Jalan Proklamasi Nomor 56, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (29/12/2022).
Kurnia mengatakan, berdasarkan analisas peristiwa, terjadi perubahan pola penyelundupan narkoba ke Pulau Jawa.
Sebelumnya, penyelundupan dilakukan melalui daratan, namun sekarang melalui pesisir pantai barat Sumatera dan mendarat di pesisir pantai Jawa Barat.
Baca Juga:
Teka-teki Kematian Brigadir Nurhadi di Gili Trawangan: Jejak Obat Penenang, Cekikan, dan Rayuan Maut
"Sumber utama narkoba masuk Indonesia adalah dari jalur Asia Tenggara atau golden triangle dan juga terbuka jalur masuk dari Timur Tengah atau golden crescent melalui laut," ungkap Kurnia.
Bakamla, kata Kurnia, memperkirakan penyelundupan narkoba ke Indonesia melalui laut bakal masih tinggi pada 2023 mendatang. Untuk itu, kata dia, pihaknya akan meningkatkan pengawasan dan penindakan.
"Termasuk, melakukan patroli bersama dengan lembaga lain yang sudah pernah dijalankan pada 2022 ini selama 60 hari di Selat Malaka dan Selat Singapura. Ini sangat efektif untuk menjaga keamanan laut dan Tahun 2023 diharapkan dapat ditingkatkan kuantitas dan kualitas serta wilayah patrolinya," kata Kurnia.(jef)