World Steel Association memproyeksikan permintaan baja ASEAN pada 2022 mencapai 76,1 juta metrik ton atau naik 4,8% dari 72,6 juta metrik ton pada 2021. Adapun SEAISI memproyeksikan permintaan baja ASEAN mencapai 80,8 juta metrik ton.
Di sisi lain, ASEAN masih menjadi net importir baja karena jumlah impor baja terus meningkat setiap tahunnya.
Baca Juga:
Wisatawan Indonesia Meningkat Tajam, 731 Ribu Perjalanan ke Luar Negeri di Oktober 2024
Silmy menambahkan, diperkirakan lebih dari 46 juta metrik ton kapasitas produksi baja direncanakan diinvestasikan di ASEAN.
Adapun negara China sebagai investor terbesar yang menyumbang 41 juta metrik ton kapasitas produksi baja di periode hingga 2030.
"Hal ini akan menurunkan gap supply-demand baja dan impor baja sebesar 35-44% di tahun 2030," ujar dia.
Baca Juga:
Bukan Awan Biasa, BMKG Klarifikasi Fenomena Langit Jakarta yang Memukau
Berdasarkan data World Steel Association, produksi baja dunia meningkat 10 kali lipat sejak 1950. Sedangkan khusus wilayah ASEAN, produksi baja mentah meningkat 2,7 kali lipat menjadi 32 juta metrik ton selama 1 dekade hingga 2021.
Di saat bersamaan, produksi bahan baku baja pig iron juga meningkat mencapai 23 juta metrik ton hingga periode 2021.
"Produksi baja yang diperkirakan tumbuh 1% setiap tahunnya selama 30 tahun ke depan ini akan mencapai jumlah produksi baja sebanyak 2,2 hingga 2,4 miliar metrik ton di 2050. Sedangkan produksi baja mentah China akan mencapai puncaknya di periode 2020-2030. Jumlah ini harus kita perhitungkan penyerapannya di masing-masing negara," pungkas dia.(jef)