Maka kami bersyukur kepada Allah atas keselamatan yang diberikan, karena telah menghidupkan kami di saat kebenaran di antara kedua kubu tersebut telah nyata dan terklarifikasi. Kami pun mengetahui pijakan dari setiap kubu. Kami pun menilai, memberikan pemaafan, memohonkan ampunan, dan mencintai kedua kubu secara objektif. Kami memohon agar para pemberontak memperoleh rahmat, karena perbuatan mereka didorong oleh interpretasi yang beralasan atau kesalahan yang insyaallah diampuni. Ucapan kami sebagaimana yang diajarkan oleh Allah Ta’ala dalam firman-Nya (yang artinya), ‘Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Rabb kami, Sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang’ (QS. Al-Hasyr: 10).
Kami pun mendoakan agar keridaan Allah Ta’ala tercurah kepada para sahabat yang mengasingkan diri dan tidak memihak ke salah satu kubu, di antara mereka adalah Sa’ad ibn Abi Waqqash, Abdullah ibn Umar, Muhammad ibn Maslamah, Sa’id ibn Zaid, dan banyak lagi. Kami pun berlepas diri sekte Khawarij yang menyempal dari ajaran agama, yang memerangi kubu Ali ibn Abi Thalib dan mengafirkan kedua kubu” (Siyar A’lam an-Nubala, 3: 128).
Baca Juga:
7 Cara Memperbaiki Diri supaya Jadi Pribadi yang Lebih Bermutu
Demikian yang dapat dituliskan. Semoga bermanfaat. [jat]