Akhlak.id | Orang yang terlahir dalam lingkungan atau masyarakat yang memiliki keyakinan yang menyelisihi Al-Quran dan As-Sunnah, seperti memegang teguh mazhab takwil yang keliru, mazhab tasawwuf yang menyimpang, atau sejenisnya, tentu akan tumbuh dan berkembang dengan keyakinan tersebut.
Keyakinan itu terasa akrab baginya, sehingga boleh jadi keyakinan itu menjadi standar untuk mendukung dan memusuhi pihak tertentu, karena ia hampir tidak mengenali keyakinan yang lain.
Baca Juga:
7 Cara Memperbaiki Diri supaya Jadi Pribadi yang Lebih Bermutu
Dengan demikian, apabila ada pihak lain menyampaikan keyakinan yang benar dan menjelaskan kekeliruan apa yang diyakininya selama ini, maka dengan cepat dia menyangkalnya dan bersikap fanatik terhadap keyakinannya.
Syekh As-Sa’diy Rahimahullah dalam menafsirkan ayat 43 dari surat An-Naml mengatakan,
“Maksud firman Allah Ta’ala, ‘dan apa yang disembahnya selama ini selain Allah, telah mencegahnya…’ adalah apa yang disembahnya telah mencegah Balqis untuk masuk Islam. Balqis memiliki kecerdasan dan kepandaian yang bisa digunakan untuk membedakan antara kebenaran dan kebatilan. Namun, keyakinan-keyakinan yang keliru itu telah melenyapkan mata hatinya (bashirah), karena ‘sesungguhnya dia dahulunya termasuk orang-orang yang kafir’. Ia pun tetap memeluk agama mereka. Seorang yang mengasingkan diri dari masyarakat yang mempraktikkan suatu agama dan tradisi yang telah mengakar, karena melihat kesesatan dan kekeliruan mereka, merupakan hal yang sangat jarang terjadi. Itulah mengapa tidak heran jika Balqis tetap memilih kekufuran” (Tafsir as-Sa’diy).
Baca Juga:
4 Ciri Kamu Bermental Baja, Salah Satunya Berani Menghadapi Masalah!
Empat nasihat berharga untuk kaum muslimin
Ada 4 nasihat yang ingin disampaikan terkait hal ini. Berikut ini masing-masing penjelasannya.
Nasihat pertama, bagi para dai yang menyuarakan kebenaran, harus jeli bersikap ketika menghadapi kondisi di atas. Dia harus berperilaku lemah lembut kepada mereka yang masih memeluk keyakinan yang keliru, karena mengeluarkan seorang yang terlahir, berkembang, dan terdidik di atas suatu keyakinan bukanlah hal yang mudah. Kondisinya semakin berat jika orang tersebut memperoleh fakta yang diputarbalikkan terkait keyakinan yang benar beserta pengusungnya. Oleh karena itu, selain berusaha menjadi pribadi yang mengenal kebenaran, setiap ahli sunnah hendaknya juga berusaha menjadi pribadi yang menyayangi setiap makhluk.