Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam menjelaskan tentang bagaimana kita semestinya menghadirkan perasaan bahwa seakan-akan kita berada di ambang kematian -dan memang kita berada di titik itu saat ini-. Maka dengannya, kita kemudian akan mempersembahkan ibadah terbaik kita kepada Allah, mulai dari tuma’ninah-nya hingga kekhusyukannya.
Beribadah seakan-akan melihat Allah juga mengandung makna bahwa beribadah mestinya dengan didahului oleh mempelajari ilmu tentang ibadah tersebut. Adapun pokok ilmu adalah Ma’rifatullah (mengenal Allah).
Baca Juga:
Sebanyak 143 Jamaah Calon Haji Ikuti Manasik Hati Tingkat Kecamatan di Barut
Semakin dalam kita mempelajari ilmu tentang Allah, maka semakin dalam pula tingkat pengetahuan kita tentang Allah. Mengenal Allah tentu saja dengan cara mempelajari ilmu Tauhid, mulai dari rububiyyah-Nya, uluhiyyah-Nya, dan asma’ was-shifat-Nya.
Demikianlah maksud dari “beribadah seakan-akan melihat Allah”. Oleh karenanya, betapa pentingnya berilmu sebelum beramal. Pada akhirnya, dengan memperdalam ilmu tentang ma’rifatullah akan semakin mendekatkan kita pada derajat ihsan yang merupakan level tertinggi seorang hamba.
Buah kepribadian ihsan
Baca Juga:
Ibadah Jumat Agung dan Sambut Paskah, Ini Pesan Bupati Samosir!
Telah kita ketahui bahwa dengan mengenal Allah lebih dalam maka akan semakin memudahkan kita untuk mencapai derajat ihsan. Jika kita telah sampai pada suatu titik dimana segala hal yang kita lakukan kita sadari bahwa Allah selalu mengawasi, maka insyaallah kita kemudian akan menjadi hamba yang mendapat keberkahan disetiap tutur kata dan tingkah laku, baik dalam konteks hablun minallah maupun hablun minannaas.
Menjadi hamba Allah yang mendapat keberkahan itulah yang disebut muhsin, yaitu orang yang telah sampai pada derajat ihsan dan akan mendapatkan karunia serta pahala terbaik di surga. Allah Ta’ala berfirman,
“Bagi orang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik (surga) dan tambahannya.”
(QS. Yunus: 26).