Akhlak.id | Sebagai hamba Allah yang menginginkan kebaikan baik di dunia maupun akhirat, sudah semestinya kita mengenali diri dan agama ini dengan sebaik-baiknya. Sebagaimana kita ketahui, dalam Islam terdapat tiga tingkatan seorang hamba, yaitu: Islam, iman dan ihsan.
Wujud keislaman kita dapat dibuktikan dengan mengerjakan amalan-amalan badaniyyah seperti syahadat, salat, puasa, zakat dan haji.
Baca Juga:
Sebanyak 143 Jamaah Calon Haji Ikuti Manasik Hati Tingkat Kecamatan di Barut
Sedangkan wujud keimanan adalah amalan hati (bathiniyyah), yaitu mengimani Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir, dan takdir yang telah ditetapkan oleh-Nya.
Adapun wujud ihsan dapat dimanifestasikan dalam segala bentuk amalan baik badaniyyah maupun bathiniyyah, baik wajib maupun sunnah yang dipersembahkan hanya bagi Allah dengan cara meyakini bahwa Allah Ta’ala mengawasi setiap tutur kata, tingkah laku, perbuatan dan segala gerak-gerik kita dimanapun dan kapanpun.
Ihsan adalah sebuah istilah yang menggambarkan derajat tertinggi seorang hamba muslim dan beriman. Untuk menggapai derajat ihsan, kita mesti memahami hakikat ihsan dan mengerti tentang betapa pentingnya upaya kita untuk sampai pada derajat ini.
Baca Juga:
Ibadah Jumat Agung dan Sambut Paskah, Ini Pesan Bupati Samosir!
Dalam sebuah hadis populer yang dikenal dengan Hadis Jibril, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam menjelaskan makna ihsan sebagai berikut,
“Hendaklah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihat-Nya. Kalaupun engkau tidak melihat-Nya, sesungguhnya Dia melihatmu” (HR Muslim no. 8 dari Umar bin Al Khattab Radhiyallahu’anhu).
Dalam Kitab Bahjatu Qulubil Abraar halaman 168-169, Syekh ‘Abdurrahman as Sa’di Rahimahullah membagi pengertian ihsan dalam dua macam, yaitu ihsan dalam ibadah kepada Allah dan ihsan dalam bermuamalah dengan makhluk Allah.