Akhlak.id | Akhlak ditinjau dalam tiga konsepsi living value, kalimatun sawa, dan pengalaman historis manusia Indonesia. Secara historis, Akhlak tidak hanya sebagai filosofi dasar.
Lebih dari itu, AKHLAK adalah agregat dari nilai-nilai Amanah, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif, dan Kolaboratif yang sudah hidup, tumbuh dan berkembang dalam diri Insan BUMN sebagai living value dalam aktifitas mereka sehari-hari.
Baca Juga:
Yakini Putaran Kedua Pilgub Jakarta, Pemuda Pancasila Siap All-Out Dukung RK-Suswono
Refleksi dari pengalaman historis tersebut menempatkan Akhlak sebagai simpul pemersatu (common denominator) dan bukan sebagai terminologi atau konsep yang diperdebatkan.
Persatuan ini bersumber dan sekaligus diikat dalam makna kata akhlak itu sendiri yang diambil dari akar kata khuluk dalam bahasa Arab yang berarti tingkah laku, tabiat atau perangai.
Secara istilah, akhlak yaitu sifat yang dimiliki seseorang, telah melakat dan biasanya akan tercermin dari perilaku orang tersebut. Dengan demikian, ikatan ini lebih bersifat personal-emosional untuk mencapai tujuan bersama.
Baca Juga:
Tak Terima Dimarahi, ABG di Deli Serdang Tikam Ibu Kandung 12 Kali
Akhlak adalah kalimatun sawa (titik temu) bagi seluruh entitas BUMN, yaitu ‘penyebut yang sama’ bagi perusahaan yang berbeda entitasnya, yang mentransformasi keragaman usaha menjadi kesatuan bisnis, tentu dengan tanpa masing-masing perusahaan tersebut kehilangan keunggulan dan kharasteristik khasnya.
Konsep akhlak ini mengubah divergensi mindset menjadi konvergensi, menjawab segenap penugasan dengan amanah, berlatih dan beranjak dari amatir menjadi kompeten, mengubah persaingan dan perbedaan menjadi faktor yang lebih harmonis.
Menyemangati ulang makna loyalitas dalam dinamika bisnis, mengubah corak bisnis yang kaku menjadi lebih adaptif, dan mengkonversi eksklusivisme perusahaan menjadi semangat kolaborasi.