Nila memiliki hobi melukis dan ingin menjadikan hobinya berdaya ekonomi. Ia pun memilih mengolah berbagai produk dengan konsep ecoprint dengan media kain serat alami. Produknya berupa baju, berbagai aksesoris homedecor, tas, dompet, clutch, dan lain-lain.
Sebenarnya, embrio usaha ini telah dimulainya sejak masih bekerja. Nila pun kemudian mematangkan rencana bisnisnya.
Baca Juga:
Kredit UMKM Tanpa Jaminan dan Bunga di Kukar Jadi Rujukan Daerah
"Sampai akhirnya saya berani tampil di pameran. Bayar sendiri, mempersiapkan segala sesuatunya sendiri. Eh ternyata, produk saya laku. Omzet saya selama 5 hari pameran itu sekitar Rp 4 juta," kata Nila.
Hasil ini menambah kepercayaan dirinya. Kemudian, Nila disarankan bergabung dengan komunitas. Pada 2019, ia pun bergabung dengan program SETC di bawah naungan Sampoerna setelah menjalani proses kurasi.
Setelah menjadi UMKM binaan Sampoerna, Nila mengikuti berbagai pelatihan yang digelar oleh SETC. Dari situ, Nila semakin yakin dengan pilihannya menghasilkan produk-produk ecoprint untuk mendukung penyelamatan lingkungan.
Baca Juga:
Gawat! Korban PHK di Indonesia Tembus 64 Ribu, 3 Sektor Utama Paling Terdampak
"Ecoprint itu, dari produk serat alami, pakai daun apa pun juga bisa. Tidak sulit bahan bakunya. Limbahnya masih bisa digunakan untuk pupuk," lanjutnya.
Pandemi juga menjadi masa sulit bagi Aeleen Craft. Perputaran dan penjualan barang cenderung stagnan. Nila pun sempat memutuskan berhenti produksi.
Namun, SETC mengajak UMKM binaannya untuk bergerak dan menemukan terobosan usaha lain untuk bertahan. Nila dan keluarganya pun mencoba merintis usaha lele. Tak disangka, usaha tersebut bertahan. Hingga kini, ia memiliki 9 kolam dan telah membangun jaringan pelanggan sendiri.