“Sudah mulai naik. Hanya, untuk restoran yang memang perlu kehadiran tidak bisa take away. Untuk fesyen, aksesoris, baru di 60-70 persen [pulih], belum balik. Beberapa supermarket juga yang belum bisa Online itu masih di 80 persen, terutama super market kelas menengah atas belum sampai pulih seperti 2019,” ujarnya, Rabu (18/5/2022).
Kata dia, untuk ekspansi pun akan terus digalakkan seiring dilonggarkannya pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM).
Baca Juga:
Jawa Terpukul! Lebih dari Separuh Penduduk Miskin RI Ada di Pulau Ini
“Kita akan ekspansi ke luar mal seperti commercial area, pelabuhan, bandara, yang sifatnya banyak trafik lewat,” ujarnya.
Adapun mengenai ketentuan kemitraan dengan UMKM, Budiharjo masih merasa hal itu memberatkan ekspansi peritel, khususnya ritel format besar seperti pasar swalayan (supermarket), toserba (departement store).
“Ya itu juga repot,” kata dia tanpa merinci lebih lanjut.
Baca Juga:
Bukan Pulau Jawa, Salah Satu Pulau Terpadat di Dunia Ada di Indonesia
Di sisi lain, General Manager of Corporate Affairs & Sustainability PT Lion Super Indo, Yuvlinda Susanta mengatakan pihaknya saat ini justru sangat mendukung kemitraan dengan pelaku UMKM.
Menurutnya, semua gerai Superindo yang berjumlah 200 lebih yang ada di Pulau Jawa dan Sumatera, telah menjalin kerja sama dengan UMKM. Super Indo pun, lanjut dia, tetap mengawal dan membina UMKM yang bermitra dengan pihaknya dengan berbagai pelatihan.
“Oleh sebab itu, selain sertifikasi nasional, kami mendorong mitra pemasok UMKM untuk mengikuti pelatihan dan sertifikasi guna meningkatkan keamanan pangan dan standar etika rantai pasok berstandar global yaitu melalui sertifikasi BRCGS [British Retail Consortium Global Standard (BRCGS],” tuturnya, Rabu (18/5/2022).[zbr]