Kamu juga bisa berhenti sejenak di beberapa spot di Kampung Pasir Angin ini, salah satunya di spot sebuah batu besar yang sering disebut dengan “batu cinta” atau “prosotan batu” oleh warga sekitar. Di atas batu ini, hamparan hijau Kota Badak Pandeglang terlihat dengan sangat jelas.
Masjid Berbahan Kayu yang Kokoh
Baca Juga:
Pemkot Bengkulu Revitalisasi 37 Masjid Demi Tingkatkan Kenyamanan Ibadah Warga
Begitu tiba di Masjid Baitul Arsy, kamu akan melihat bahwa masjid ini sekarang terdiri dari dua bagian, yaitu bangunan masjid yang berbahan kayu dan bangunan lainnya yang dibangun dengan tembok. Walaupun ada penambahan bangunan masjid, tapi warga tetap memertahankan keaslian bangunan Masjid Kuno-nya. Bentuk bangunannya tidak ada yang diubah, karena memang bangunannya masih kokoh dan kuat.
Bentuk bangunan Masjid Kuno itu sendiri berupa bangunan panggung dengan panjang sekitar 12 meter dan lebar 8 meter. Atap masjidnya ditopang oleh 10 tiang kayu penyangga. Dinding dan lantainya juga terbuat dari kayu. Disamping kanan masjidnya terdapat sumber mata air yang terus mengalir yang biasa digunakan warga untuk berwudhu.
Menurut cerita yang beredar, saat terjadi penyerangan penjajah Belanda, hanya Masjid Kuno ini lah yang tidak mempan di lahap api di antara bangunan kayu di sekelilingnya.
Baca Juga:
Pj Gubernur Kaltim: Prima DMI Kaltim Garda Terdepan Memakmurkan Masjid
Sebagai Tempat Bersembunyi dari Penjajah
Tidak ada yang tahu pasti kapan dibangunnya Masjid Baitul Arsy yang sekarang sudah banyak dikelilingi oleh rumah-rumah warga. Namun, warga setempat meyakini bahwa masjid ini sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda. Jika dilihat dari sejarah, memang pertama kali Belanda datang ke Indonesia yaitu pada tahun 1596 di bawah pimpinan Cornelis de Houtman, dan berhasil mendarat di Pelabuhan Banten.
Menurut beberapa sumber, dulu masjid ini berfungsi sebagai tempat bersembunyi para warga setempat dari serangan penjajah Belanda. Hal ini terbukti dari beberapa bagian dinding kayu pada masjid yang masih memiliki lubang. Diperkirakan, lubang-lubang ini merupakan bekas peluru dari senjata para penjajah Belanda. Selain itu, masjid ini juga digunakan warga untuk tempat berkumpul dalam menyusun strategi melawan Belanda.