KRT.WahanaNews.co, Labuan Bajo - Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores (BPOLBF) mengimbau pelaku pariwisata dan ekonomi kreatif (Parekraf) di Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) untuk mengutamakan keamanan dan keselamatan berwisata.
"Koordinasi dan kolaborasi lintas stakeholder diperlukan dalam rangka memperkuat mitigasi bencana kepariwisataan di Labuan Bajo," kata Plt Direktur Utama Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores (BPOLBF) Frans Teguh dalam keterangan yang diterima di Labuan Bajo, Kamis (8/2/2024).
Baca Juga:
BPOLBF Perkuat SOP Keamanan Wisata Bahari dengan Koordinasi Otoritas Terkait
Frans Teguh menjelaskan sebagai satu dari 5 Destinasi Pariwisata Super Prioritas (DPSP), Labuan Bajo merupakan salah satu destinasi yang saat ini mengalami pergerakan wisatawan yang cukup signifikan.
Ia merinci pada 2023 tercatat sebanyak 408.151 jumlah kunjungan wisatawan dari total 800.074 pergerakan kunjungan wisatawan di Labuan Bajo.
Dari total pergerakan ini Balai Taman Nasional Komodo (TNK) sendiri mencatat sebanyak 300.488 wisatawan melakukan kunjungan ke Kawasan TNK sepanjang tahun 2023.
Baca Juga:
Liburan Nataru ke Labuan Bajo? Berikut Tips Agar Terhindar Travel Bodong
Dengan arus pergerakan wisatawan ke Labuan Bajo dan banyaknya wisatawan yang berkunjung ke Kawasan TNK untuk melakukan aktivitas bahari, lanjut dia, maka aktivitas kapal wisata di Kawasan Perairan TNK juga meningkat, sehingga jaminan keamanan dan keselamatan wisatawan saat melakukan perjalanan di perairan Labuan Bajo perlu menjadi perhatian khusus dan prioritas bagi otoritas setempat dan seluruh pemangku kepentingan.
"Ada tiga hal yang harus kita cermati terkait dengan penanganan kegiatan berwisata yang berisiko tinggi yang juga harus dikelola dengan baik. Pertama terkait informasi terpadu yang berkenaan dengan civitas manajemen, sehingga wisatawan tahu kemana mereka bisa membooking TA/TO (tour agent/tour operator) yang resmi. Kedua terkait Safety dan Security yang sesuai standar keamanan kapal seperti tersedianya life vest jacket, tabung hydrance, sekoci, dan perlengkapan keamanan lainnya. Ketiga adalah kolaborasi terpadu, baik untuk memitigasi atau mengurangi risiko. Lalu jika misalnya kejadian yang tidak diinginkan itu terjadi, ada penanganan dan sejauh ini penanganan tersebut responnya sangat cepat," katanya.
Frans menambahkan kasus kecelakaan kapal yang terus berulang di perairan Labuan Bajo seperti yang terjadi pada KLM Carpe Diem yang membawa dua wisatawan asing asal Kanada mengalami insiden kebakaran di sekitar perairan Pulau Siaba, Kawasan TNK, pada Sabtu (3/2/2024) sore, menjadi perhatian serius yang membutuhkan perencanaan mitigasi kebencanaan yang diharapkan dapat meminimalisir kecelakaan di kawasan perairan.