Tak hanya itu, ada juga Gerbang Gajah Kembang Limus. Pada gerbang yang berukuran paling besar dengan luas 2 hektar, bukan cuma sebagai penanda kawasan dari arah Purworejo, gerbang ini juga sebagai penanda kawasan dari arah Purworejo, gerbang ini pun sekaligus menghidupkan Balkondes (Balai Ekonomi Desa) yaitu Desa Kembang Limus.
Berjarak kurang lebih 4 KM dari Candi Borobudur, gerbang ini memiliki banyak fasilitas seperti kios cinderamata, kios kuliner, mushola, panggung terbuka, toilet, ruang utilitas dan pengelola, pendopo yang dapat digunakan sebagai hall multi fungsi dan area parkir bus.
Baca Juga:
Sambut Waisak 2024, 40 Bhikku Thudong dari TMII Menuju Borobudur
Keberadaannya pun pastinya akan mendukung pemberdayaan masyarakat di Desa Kembanglimus. Tak hanya sebagai penanda, di gerbang ini para wisatawan dapat berswa foto dengan latar gajah raksasa. Semua gerbang ini dapat mempermudah para wisatawan agar semakin mudah mengakses jalan menuju Borobudur.
Menambah kenyamanan para pengunjung, Gerbang Kembang Limus ini juga dilengkapi dengan tempat pengelolaan sampah dengan teknologi Tempat Pembuangan Sampah Reduce, Reuse, Recycle (TPS3R), yaitu sistem pengelolaan sampah dengan inovasi teknologi mesin pencacah. Anas mengatakan ini adalah sebagai solusi dalam mengatasi persoalan sampah dan dampak yang ditimbulkannya, khususnya di kawasan wisata.
Melalui TPS3R, tidak hanya persoalan pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh sampah yang dapat dikurangi, namun juga dihasilkan produk-produk yang bernilai ekonomis dari sampah yang diolah.
Baca Juga:
Anggota Komisi VI DPR RI: Tol Yogyakarta-Bawen Solusi Kemacetan Saat Liburan
Selain itu Brantas Abipraya juga telah melakukan Penataan Jalur Aksis Budaya: Mendut - Pawon - Borobudur.
Sepanjang Jalan Lingkungan Permukiman Bojong, Jalur Pejalan Kaki Tepian Kali Progo (Skywalk), Koridor Jalan Balaputradewa serta Penataan Sendang Lanang dan Wadon Wanurejo. Jalanan ini kini menjadi viral di Magelang, karena semakin elok dengan dihiasi lampu jalanan yang klasik.
Tidak sampai di situ, BUMN yang mengawali portofolionya pada tahun 1980 dengan mengerjakan proyek induk pengembangan Sungai Brantas di Jawa Timur ini juga melakukan Penataan Plataran Penerima dan jalur Concourse Candi Borobudur yang bertujuan sebagai ruang transisi untuk mengontrol arus pengunjung (visitor flows) ke Candi Borobudur.