"Mencegah lebih baik daripada mengobati. Namun, kondisi lapangan dan kurangnya sumber daya manusia menjadi kendala dalam pemeliharaan, seperti pengendalian hama dan gulma," katanya.
Apalagi, kata dia, pengaplikasian penyemprotan pestisida oleh tenaga manusia pasti akan memberi efek samping terhadap kesehatan. "Penyemprotan dengan drone lebih aman bagi manusia dan lingkungan karena air dan pestisida yang digunakan lebih sedikit," katanya.
Baca Juga:
Mengenal Hama Kutu Daun Persik pada Tanaman Cabai dan Cara Membasminya
Selain itu, kata dia, kecepatan dan ketepan manusia dalam mendeteksi hama tidak seakurat AI (Artificial Intelligence). Salah satu industri yang sering mengalami gagal panen akibat hama adalah kelapa sawit. Sekitar 25 persen tanaman mati dan mengakibatkan periode panen akan tertunda sampai 1 tahun.
Drone Aviro D16, kata dia, memiliki sensor yang dapat membaca kesehatan pada tanaman baru secara cepat. Cara ini, ribuan kali lebih cepat dan efektif daripada inspeksi manual yang dilakukan manusia. Ketika medeteksi titik hama, drone akan segera menyemprotkan pestisida dengan akurasi penyemprotan 98 persen.
“Pertanian berkelanjutan ini adalah cara untuk membawa ke revolusi pertanian selanjutnya.Kami berharap dapat membawa industri pertanian Asia Tenggara lebih maju dan baik," kata Wilson. [tum]