Sebelum kesepakatan iklim Paris, para ilmuwan telah menemukan bahwa Bumi sedang menuju kenaikan suhu 3 derajat. Mereka menentukan bahwa Bumi akan relatif aman,jika suhu dibatasi hingga 1,5 derajat di atas tingkat pra-industri.
Setiap pemanasan di atas itu, akan mengakibatkan naiknya permukaan laut, kenaikan suhu air yang dapat membunuh sebagian besar kehidupan laut, badai yang mematikan, iklim yang lebih hangat dengan hujan yang lebih lebat yang bakal merusak ketahanan pangan.
Baca Juga:
Momen Hari Bumi, PLN Tegaskan Komitmen Bisnis Berkelanjutan
Perubahan suhu tidak seragam di seluruh dunia - sehingga dampak pemanasan global lebih terdeteksi akibat pemanasan terjadi pada kecepatan yang lebih cepat di wilayah daratan daripada lautan.
NASA mengatakan bahwa pemanasan iklim paling parah terjadi di Kutub Utara selama musim dingin dan di musim panas di daerah lintang tengah seperti wilayah Asia Timur dan Asia Tengah serta Eropa Tengah dan Timur.
Akan lebih banyak penyu betina yang lahir karena suhu pasir tempat telur dikubur, berdampak pada jenis kelamin keturunannya. Kenaikan suhu sesedikit 3,3 derajat-Celcius sudah cukup untuk menciptakan lebih banyak betina dan mendorong penyu ke kepunahan.
Baca Juga:
Momen Hari Bumi, PLN Tegaskan Komitmen Bisnis Berkelanjutan
"Sementara penderitaan penyu adalah ilustrasi, itu adalah fakta bahwa semua sistem alam dan manusia sensitif terhadap pemanasan iklim dalam berbagai tingkat," kata situs web Global Climate Change milik NASA.
Badai tropis Ida adalah cerminan yang jelas dari efek merugikan yang dapat ditimbulkan oleh krisis iklim terhadap umat manusia ketika melanda AS tahun lalu. Badai tersebut membunuh banyak orang, membuat lebih dari satu juta rumah tanpa listrik, dan menyebabkan kerusakan senilai US$10 miliar.
Salah satu aspek yang paling mencolok dari badai Ida adalah kecepatannya.