Sejak 2020, Kemhan mendapat alokasi belanja yang cukup besar dengan rata-rata anggaran di atas Rp120 triliun. Dengan anggaran sebesar itu, Global Firepower, situs pemeringkat militer dunia menempatkan kekuatan militer Indonesia pada tahun 2022 berada di peringkat 15 dunia dari 140 negara, naik satu tingkat dibanding tahun lalu. Berdasarkan sejumlah indeks yang dibuat GFP, kekuatan militer Indonesia berada di atas negara-negara Asia Tenggara.
Menjadi negara dengan potensi militer terkuat di Asia Tenggara, nyatanya kondisi alutsista TNI justru memprihatinkan. Sekjen Kemhan Marsekal Madya TNI Donny Ermawan Taufanto mengungkapkan, kesiapan tempur tiga matra TNI, darat, laut, dan udara cukup rendah.
Baca Juga:
Polemik Pengangkatan CPNS 2024, Prabowo: Lagi Diurus Semuanya!
"Alat utama sistem senjata, perlengkapan, dan amunisi banyak mengalami kerusakan. Sebagian besar alutsista dan persenjataan juga sudah berusia lebih dari 25 tahun, sudah waktunya untuk diganti," kata Donny dalam webinar bertema 'Menyongsong Pesawat Rafale' yang digelar oleh Pusat Studi Air Power Indonesia (PSAPI), Kamis 17 Februari lalu.
Donny memparkan, usia alutsista TNI yang sudah cukup tua tersebut juga menjadi tolok ukur kualitas dan teknologi yang cukup ketinggalan bila dihadapkan dengan alutsista beberapa negara tetangga. Di sisi lain, kondisi komponen cadangan dan komponen pendukung juga belum ideal dalam mendukung sistem pertahanan semesta.
Mantan Pangkoopsau II itu menyebut, komponen cadangan baru terbentuk sekitar 3.100 orang untuk meningkatkan kekuatan dan kemampuan matra darat. Komponen cadangan untuk matra laut dan udara sejumlah masing-masing 500 orang baru akan dibentuk pada tahun 2022. Termasuk kekuatan pendukung yang belum didata, diverifikasi, dan ditetapkan sehingga pembinaan belum dapat dilakukan dengan maksimal.
Baca Juga:
Marah Banyak Korupsi, Prabowo "Cari Pulau yang Dikelilingi Hiu" Untuk Bangun Penjara Khusus Koruptor
"Dengan kondisi tersebut maka pembangunan sistem pertahanan negara baik komponen utama, komponen cadangan, dan komponen pendukung mutlak harus dilakukan," kata Donny.
Rencana pembelian pesawat tempur Rafale dan F-15IX beserta persenjataannya, lanjut Donny, merupakan salah satu langkah yang dilakukan oleh pemerintah yang harus dilihat dalam konteks pembangunan kekuatan komponen utama khususnya matra udara.
"Kondisi kesiapan pesawat tempur dalam beberapa tahun belakangan ini mengalami kemunduran," tukasnya.