3. Ruhana Kuddus
Ruhana Kuddus menjadi perempuan pertama yang menjadi jurnalis di Indonesia. Perempuan kelahiran 20 Desember 1884 ini memperjuangkan hak-hak perempuan melalui Soenting Melajoe, surat kabar yang didirikannya pada 10 Juli 1912.
Baca Juga:
PLN Icon Plus Hadirkan ICONNEXT, Pameran Futuristik Terbesar di Indonesia
Sebelumnya, Ruhana telah aktif menulis artikel di berbagai media cetak. Dia pernah menulis untuk surat kabar Poetri Hindia pada 1908, juga Oetoesan Melajoe yang sudah terbit sejak 1911.
Perjuangannya untuk menyetarakan hak perempuan tidak hanya dilakukan dalam bidang jurnalistik. Pada tahun 1911, Ruhana mendirikan Sekolah Kerajinan Amai Setia (KAS) di Kota Gadang. Sekolah ini mengajarkan para perempuan membaca, menulis, berhitung, menjahit, dan berbagai keterampilan lain.
4. Djamaluddin Adinegoro
Baca Juga:
PLN Icon Plus Hadirkan ICONNEXT, Pameran Futuristik Terbesar di Indonesia
Tokoh pers Indonesia selanjutnya ada Adinegoro Djamaluddin yang mempunyai pengaruh dalam bidang jurnalistik dan kesusastraan Tanah Air. Adinegoro merupakan nama samaran dari Djamaluddin yang digunakannya untuk menutupi identitas dalam tulisan-tulisannya.
Sebelumnya, Djamaluddin menempuh pendidikan kedokteran di STOVIA, namun terhenti karena keinginannya untuk terjun ke bidang jurnalistik. Guna mendalami ilmu jurnalistik, Djamaluddin melanjutkan pendidikannya ke universitas Jerman pada tahun 1926. Djamaluddin mendirikan majalah Mimbar Indonesia pada 1948 bersama Soepomo, Moh Noor, Soekardjo Wirjopranoto, dan Yusuf Wibisono. Karya jurnalistik ciptaannya menjadikan Djamaluddin sebagai pelopor pers Indonesia.
5. SK Trimurti