Tambangnews.id | Jalan Dlingo-Imogiri tepatnya di Padukuhan Ledung Buweng, Kalurahan Wukirsari, Imogiri, Bantul, DI Yogyakarta, jika dari Dlingo ke Imogiri terdapat sebuah bukit yang tidak rata.
Di atasnya ada sebuah patung semar berwana putih menghadap ke selatan dan ada tulisan Bukit Bego.
Baca Juga:
Korban Tewas Akibat Ledakan di Tambang Batubara Turki Bertambah Jadi 41 Orang
Mengutip dari lama Pemkab Bantul, Bukti Bego merupakan bukit batu yang namanya diambil dari sebuah alat berat eksavator atau warga menyebutnya dengan nama bego.
Tempat ini juga sering disebut Bukit Kedung Buweng. Bukit ini menjadi tempat yang pas untuk menikmati indahnya matahari terbenam berlatar laut selatan.
Arena offroad motor juga ada di sekitar bukit ini. Untuk memenuhi rasa lapar dan haus, terdapat beberapa warung yang menyediakan kuliner tradisional.
Baca Juga:
Laporkan Tambang Ilegal ke Polres Tapin, PT SKB Berharap Proses Hukum Berlanjut
Untuk menuju Bukit Bego jika dari arah Dlingo atau dari kawasan wisata hutan pinus Mangunan dan kebun buah Mangunan memiliki kontur jalan turunan cukup curam.
Turunan ekstrem dimulai dari kawasan wisata Watu Goyang. Di sana sudah diperingatkan dengan beberapa rambu yang dipasang pemerintah maupun warga sekitar.
Terus menurun ada tikungan ke kiri di sekitar kawasan bukit besuson, terus menurun sampai di gapura selamat datang kawasan Mangunan.
Kondisi jalan menurun sekitar 200 meter ada tikungan ke kiri dan di sekitar itulah Bukit Bego.
Jika dari Kota Yogyakarta menuju ke makam raja, ada pertigaan lalu ke arah kanan terus menanjak dengan beberapa tikungan.
Sejarah Bukit Bego
Lurah Wukirsari Susilo Hapsoro menyampaikan, awalnya Bukit Bego adalah perbukitan biasa di kawasan tersebut.
Lalu, adanya proyek pengerasan kawasan Bandara Adisutjipto sekitar 2008 atau 2010 dirinya tidak ingat pasti tepatnya, tetapi karena tidak semuanya bisa diambil jadi tidak rata.
Pengerukan menggunakan ekskavator atau warga lokal menyebut bego.
"Karena tengah terlalu keras akhirnya tidak bisa datar, ditinggal. Nah, awalnya diberi nama Bukit Bego itu setiap warga kangsenan (janjian) itu di atas Bukit Bego atau di bawahnya, jadilah nama Bukit Bego," kata Susilo, saat dihubungi Wartawan, melalui sambungan telepon, Selasa (8/2/2022).
Akhirnya banyak warga yang berkunjung karena pemandangan di lokasi cukup bagus, oleh masyarakat sekitar dikelola menjadi destinasi wisata hingga dididirikan warung.
Apalagi, sering dilalui wisatawan yang menuju atau pulang dari kawasan hutan pinus dan kebun buah Mangunan.
Susilo menyebut, patung semar dipasang oleh Dinas Pariwisata Bantul dua tahun lalu atau sekitar tahun 2019.
"Termasuk jalur favorit goweser, malam Tahun Baru banyak yang berkunjung. Saat liburan pemuda di sana juga mengadakan acara," kata dia.
Disinggung mengenai berapa kali terjadi kecelakaan, Susilo menyebut selama beberapa tahun terakhir sudah terjadi 3 kali kecelakaan bus.
Dari informasi, pada tahun 2017 kecelakan bus pariwisata menyebabkan dua orang meninggal dunia, 2019 bus pariwisata tetapi tidak ada korban jiwa dan 2022 korban jiwa mencapai 13 orang.
"Tahun ini yang paling besar," kata Susilo.
Untuk mengurangi jatuhnya korban, warga sekitar dan komunitas motor trail memasang ban di sekitar Bukit Bego, Senin (7/2/2022).
"Untuk upaya keamanan saja dipasang ban, tetapi jika itu tidak diperbolehkan siap dicopot kembali," kata Susilo.
"Semalam juga mau dibersihkan warga dan relawan sudah siap tetapi infonya mau ada olah TKP lagi dan dibatalkan," kata dia.
Susilo berharap, pemerintah membangun jalur penyelamatan seperti di tol, jika ada kendaraan yang remnya blong atau tidak mengetahui kondisi medan bisa langsung ke jalur penyelamatan.
"Itukan jalan propinsi ada tindak lanjut dibuat jalur pengaman," kata Susilo. [jat]