Tambangnews.id | Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia pentingnya hilirisasi.
Hilirisasi yang dimaksud adalah mendorong industri pengolahan sehingga RI tidak lagi mengekspor bahan mentah (raw material) untuk komoditas seperti nikel, timah, bauksit dan lainnya.
Baca Juga:
Imbas Hilirisasi, Bahlil Sebut 54 Persen Warga Morowali Kena Asma
Bahlil mengatakan, pendapatan Indonesia dari ekspor nikel tahun 2017 hanya US$ 3,3 miliar atau Rp 50,49 triliun (kurs Rp 15.300). Dengan hilirisasi, Indonesia bisa meraup US$ 30 miliar atau Rp 459 triliun.
"Ekspor kita yang khususnya untuk nikel dari 2017 itu US$ 3,3 miliar. Di 2021 jadi US$ 20,9 miliar, dan di 2022 insyaallah US$ 30 miliar dari hilirisasi," ungkap Bahlil dalam Anugerah Layanan Investasi Indonesia 2022 di Hotel Fairmont, Jakarta, Rabu (12/10/2022).
Pada kesempatan itu Bahlil bercerita jika sektor industri awalnya tidak menjadi tujuan utama investasi. Investor lebih tertarik menanamkan modal di sektor gudang jasa.
Baca Juga:
Dukung Hilirisasi, PLN Siapkan Listrik Andal Untuk Smelter Freeport yang Baru Diresmikan Presiden Jokowi
"Tahun 2019 data (tujuan ) investasi yang masuk itu sektor gudang jasa bukan industri. Dan itu bisa kita lihat, hanya nomor 4 dia cuma Rp 61,6 triliun. Jadi memang industri kita belum bagus waktu itu," katanya.
Bahkan sempat terjadi deindustrialisasi periode 2014-2016 atau penurunan di sektor industri. Tapi berkat dorongan hilirisasi, sektor industri kembali bergairah.
"Dan di 2021 (sektor industri) jadi nomor satu (investasi) sebesar Rp 100 triliun lebih,"