Impor nikel olahan China naik dua kali lipat menjadi 261.000 ton dengan percepatan yang nyata selama paruh kedua tahun lalu.
Ketatnya rantai pasokan nikel untuk bahan baku baterai mendorong lonjakan impor yang disebut logam Kelas I.
Baca Juga:
Kementerian ESDM Buka Suara, Soal Tudingan AS Ada Kerja Paksa di Industri Nikel RI
Penguatan permintaan dari sektor kendaraan listrik juga terlihat dari impor nikel sulfat yang tumbuh pesat, bahan kimia prekursor untuk pembuatan baterai. Volume menjamur dari 5.600 ton pada tahun 2020 menjadi 44.700 pada tahun 2021.
China juga mengimpor lebih banyak bijih, matte, produk antara, dan lebih banyak feronikel tahun lalu, yang membuktikan keinginannya yang besar untuk nikel di setiap tahap rantai proses.
Seperti diketahui, Indonesia memproduksi dan mengekspor sebagian besar logam nikel seperti feronikel, Nickel Pig Iron (NPI), nickel matte, dan pada 2021 telah mulai memproduksi dan juga mengekspor bahan baku komponen baterai yakni Mixed Hydroxide Precipitate (MHP).
Baca Juga:
Balai Kemenperin di Makassar Dukung Pemerataan Ekonomi Wilayah Timur
Berdasarkan data Kementerian ESDM, pada 2021, Indonesia tercatat memproduksi feronikel sebesar 1,58 juta ton, NPI 799,6 ribu ton, nickel matte 82,3 ribu ton, dan MHP sebesar 365 ribu ton per tahun. [tum]