WahanaNews-Martabat, Tarutung - Keberangkatan sekitar total 241 kepala desa (Kades) se-Kabupaten Tapanuli Utara guna mengikuti kegiatan studi tiru, menuai beragam kontroversi.
Ketua DPC SPRI Tapanuli Utara menilai keberangkatan para kades Se-Tapanuli Utara ke Pulau Jawa diduga cuma berkedok studi tiru.
Baca Juga:
Hakim Konstitusi Dr Daniel Yusmic Foekh SH M.Hum berikan ceramah Hukum
Lamhot menganggap studi tiru para Kades hanya bagian dari yang tidak prioritas, padahal lebih efektif bila penggunaannya sesuai program pemerintah pusat termasuk prioritas alokasinya untuk kesejahtetaan segenap masyarakat desa.
Kesejahteraan itu, menurut Lamhot adalah upaya peningkatan perekonomian masyarakat seperti penanganan kesehatan bagi masyarakat dan penanggulangan ketahanan pangan secara lebih serius.
Pemberdayaan berupa pemulihan ekonomi masyarakat desa yang berkesinambungan dan berkelanjutan jauh lebih penting daripada cuma sekedar pelesiran ke Pulau Jawa.
Baca Juga:
Aktivitas Pertambangan Emas Tanpa Izin Milik Takim CS Seakan akan Kebal Hukum
Apalagi daerah yang dikunjungi itu Pulau Jawa, yang sama sekali baik secara geografis ataupun kultur masyarakatnya sangat jauh berbeda dengan Kabupaten Tapanuli Utara.
Pulau Bali itu kita tahu merupakan daerah pariwisata sudah bertaraf internasional, sedangkan Tapanuli Utara ke depannya sering digadang-gadang malah akan menjadi salah satu penyanggah kawasan ekonomi khusus wilayah Indonesia Bagian Barat.
Dengan sasaran utama yaitu pengembangan sektor industri, sentra pengolahan komoditi dan global HUG pelabuhan laut internasional.