“Kita seperti sekarang ini adalah karena peran guru, mereka mengajarkan pengetahuan kepada kita, ilmu yang bermanfaat. Mereka adalah orang-orang yang mulia, itulah posisi mulia guru dan kita harus memuliakan para guru-guru,” ucapnya.
Budi Muliawan menceritakan ketika Jepang menyerah kepada sekutu setelah Hiroshima dan Nagasaki dijatuhi bom atom. Kaisar Hirohito justru bertanya berapa banyak guru yang selamat dari serangan bom atom itu.
Baca Juga:
Puncak Peringatan HUT Ke-77 PGRI dan Hari Guru Nasional 2022 Dihadiri Presiden Jokowi
Kaisar mengatakan Jepang akan membangun negara dengan guru-guru yang masih ada. Kemudian, Jepang bangkit menjadi satu kekuatan dunia, padahal ikut menjadi salah satu negara yang hancur lebur pada 1945.
"Kebangkitan Jepang tidak lepas dari peran guru. Itulah mulianya peran guru,” kata Budi Muliawan.
Dengan kemajuan teknologi informasi saat ini, lanjut Budi Muliawan, peserta didik bisa mendapatkan ilmu pengetahuan dari internet. Namun, peran guru tidak bisa tergantikan dengan internet.
Baca Juga:
Hari Guru, PLN UID Jakarta Raya Perkenalkan Listrik Kepada Murid Sekolah Darurat
“Karena guru mengajarkan karakter dan nilai moral, etika, yang akan membentuk peserta didik agar memberikan kontribusi yang baik bagi bangsa dan negara. Peran guru tidak bisa tergantikan, ilmu yang diperoleh tanpa guru belum tentu menghasilkan sesuatu yang lebih baik,” ucapnya.
Karena itulah, Budi Muliawan mengingatkan bahwa adab, etika, dan nilai moral, kedudukannya lebih tinggi dari ilmu. Guru selalu mengedepankan dan mengajarkan adab, etika, dan nilai moral pada nilai-nilai kebenaran, untuk membentuk integritas peserta didik.
“Guru adalah teladan buat kita semua,” katanya.