Martabat Net I Budi Muliawan Kepala Bagian Pemberitaan dan Hubungan Antarlembaga Biro Humas dan Sistem Informasi MPR mengatakan guru menjadi teladan bagi semua orang.
Budi Muliawan dalam keterangannya diterima di Jakarta Sabtu, mengatakan guru lebih mengedepankan adab dan etika, membentuk integritas, serta membuat peserta didik menjadi manusia yang berguna bagi nusa dan bangsa.
Baca Juga:
Puncak Peringatan HUT Ke-77 PGRI dan Hari Guru Nasional 2022 Dihadiri Presiden Jokowi
“Guru mengajarkan adab dan etika, adab lebih tinggi dari ilmu. Selain memberikan ilmu pengetahuan secara baik, guru juga mengajarkan adab, etika, moral, dan menjunjung nilai-nilai kebenaran. Guru adalah teladan buat kita semua,” katanya.
Budi Muliawan mengatakan hal itu ketika saat menjadi narasumber Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) RI menyapa sahabat kebangsaan di Universitas Jenderal Achmad Yani (Unjani), Cimahi, Jawa Barat. Kegiatan MPR RI itu bertema “Memaknai Kepahlawanan Tanpa Tanda Jasa Bagi Generasi Milenial”.
Dia mengatakan setiap 25 November diperingati sebagai Hari Guru Nasional. Ketika itu pula dibentuk organisasi Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI).
Baca Juga:
Hari Guru, PLN UID Jakarta Raya Perkenalkan Listrik Kepada Murid Sekolah Darurat
“Kita memperingati Hari Guru Nasional untuk menghargai sejarah dan perjuangan guru,” kata dia lagi.
Menurut Budi Muliawan, guru adalah orang yang ditiru dan 'digugu' (diikuti). Guru tidak semata-mata mengajarkan ilmu pengetahuan dan memberikan pelajaran tetapi juga membentuk karakter dan integritas peserta didik.
Memaknai kepahlawanan tanpa tanda jasa bagi generasi milenial artinya kata dia guru memiliki makna yang sangat penting. Sebab, guru melahirkan para calon pemimpin dan tokoh bangsa.
“Kita seperti sekarang ini adalah karena peran guru, mereka mengajarkan pengetahuan kepada kita, ilmu yang bermanfaat. Mereka adalah orang-orang yang mulia, itulah posisi mulia guru dan kita harus memuliakan para guru-guru,” ucapnya.
Budi Muliawan menceritakan ketika Jepang menyerah kepada sekutu setelah Hiroshima dan Nagasaki dijatuhi bom atom. Kaisar Hirohito justru bertanya berapa banyak guru yang selamat dari serangan bom atom itu.
Kaisar mengatakan Jepang akan membangun negara dengan guru-guru yang masih ada. Kemudian, Jepang bangkit menjadi satu kekuatan dunia, padahal ikut menjadi salah satu negara yang hancur lebur pada 1945.
"Kebangkitan Jepang tidak lepas dari peran guru. Itulah mulianya peran guru,” kata Budi Muliawan.
Dengan kemajuan teknologi informasi saat ini, lanjut Budi Muliawan, peserta didik bisa mendapatkan ilmu pengetahuan dari internet. Namun, peran guru tidak bisa tergantikan dengan internet.
“Karena guru mengajarkan karakter dan nilai moral, etika, yang akan membentuk peserta didik agar memberikan kontribusi yang baik bagi bangsa dan negara. Peran guru tidak bisa tergantikan, ilmu yang diperoleh tanpa guru belum tentu menghasilkan sesuatu yang lebih baik,” ucapnya.
Karena itulah, Budi Muliawan mengingatkan bahwa adab, etika, dan nilai moral, kedudukannya lebih tinggi dari ilmu. Guru selalu mengedepankan dan mengajarkan adab, etika, dan nilai moral pada nilai-nilai kebenaran, untuk membentuk integritas peserta didik.
“Guru adalah teladan buat kita semua,” katanya.
Sementara itu, staf pengajar FISIP Unjani Dr Lukman M Fauzi mengatakan generasi milenial memaknai pahlawan tanpa tanda jasa dengan menempatkan guru sebagai pelita dalam kegelapan.
“Kita menjadi seperti sekarang ini hasil dari orang-orang hebat, yaitu para guru. Yang diberikan para guru adalah nilai jasa, nilai pengabdian, nilai pengorbanan, dan nilai kemanusiaan,” kata dia.
Lukman menegaskan bahwa keberadaan generasi milenial yaitu generasi Z tidak lepas dari kehidupan guru. Oleh karena itu keberadaan guru mesti ada di dalam hati setiap orang.
"Guru bukan hanya ada di masa lalu, tetapi juga hadir di masa depan kita,” ujarnya. (tum)