Mukhtar juga dikenal sebagai Mursyid atau pemimpin Tarekat Shiddiqiyyah. Ia memulai gerakan itu pada 1959. Pada fase awal ini, Mukhtar mensosialisasikan ajaran Shiddiqiyyah kepada orang-orang yang berada di sekelilingnya dan sekaligus mereka yang mau menjadi muridnya.
Lambat laun, murid Mukhtar bertambah banyak. Ia lantas mendirikan Yayasan Pendidikan Shiddiqiyyah (YPS) pada 1973. Yayasan ini dibentuk sebagai wadah formal aktivitas Thoriqoh Shiddiqiyyah. Kemudian baru pada 1974 didirikanlah Pesantren Majma'al Bahrain Shiddiqiyyah yang berpusat di Ploso, Jombang.
Baca Juga:
Bechi Terdakwa Pencabulan Santriwati Divonis 7 Tahun Penjara, Jaksa Banding!
Muhammad Shodiq dalam bukunya berjudul 'Tarekat Shiddiqiyyah di Tengah Masyarakat Urban Surabaya' (2016) menjelaskan bahwa Tarekat Shiddiqiyyah sangat fokus dalam bidang pendidikan bagi warga/muridnya.
Pendidikan yang dicanangkan Shiddiqiyyah memiliki karakter pendidikan mental spiritual agar dapat mengantarkan pengikutnya menjadi warga negara yang baik, mampu menyatukan unsur keimanan dan kemanusiaan dalam sebuah adigium cinta tanah air.
Oleh karena itu, salah satu ciri tarekat Shiddiqiyyah yang membedakan dengan tarekat yang lain adalah menjunjung sikap cinta tanah air yang dilembagakan dalam konsep pendidikan "hubbul wathon minal iman".
Baca Juga:
Saksi Pelapor Sempat Menangis, Saat Sidang Kasus Pencabulan Bechi Anak Kiai
Yayasan Pendidikan Shiddiqiyyah lantas mendirikan lembaga pendidikan semi formal dengan model kurikulum yang disusunnya sendiri yang disingkat dalam akronim THGB (Tarbiyatul Hifdzil Ghulam wal Banat). Lembaga ini menyelenggarakan pendidikan dari jenjang TK sampai setingkat perguruan tinggi yang disebut jenjang Maqoshid. [tum]