Martabat.WahaNews.co | Lantaran polemik menimpa anaknya berinisial MSAT alias Bechi yang ditetapkan sebagai tersangka kasus dugaan pencabulan santriwati, nama kiai kenamaan asal Jombang, Jawa Timur, KH Muhammad Mukhtar Mu'thi belakangan ini ramai menjadi sorotan publik
Mukhtar berani meminta kepada elite kepolisian Jombang agar tak menangkap anaknya pada 5 Juli lalu. Ia mengajukan permintaan itu di hadapan ratusan jemaahnya. Alhasil, polisi gagal menangkap Bechi kala itu.
Baca Juga:
Bechi Terdakwa Pencabulan Santriwati Divonis 7 Tahun Penjara, Jaksa Banding!
"Demi untuk kejayaan Indonesia Raya, masalah ini masalah keluarga. Untuk keselamatan kita bersama, untuk kebaikan kita bersama, untuk kejayaan Indonesia Raya, masalah fitnah ini masalah keluarga. Untuk itu kembalilah ke tempat masing-masing jangan memaksakan diri mengambil anak saya yang kena fitnah ini. Semuanya itu adalah fitnah, Allahu Akbar," kata Mukhtar di hadapan Kapolres Jombang.
Gagal pada percobaan awal, polisi lantas mengerahkan lebih banyak pasukannya mengepung Pesantren Majma'al Bahrain Shiddiqiyyah, Jombang, Kamis (7/7). Polisi berupaya menjemput paksa Bechi yang sudah masuk daftar pencarian orang (DPO).
Lagi-lagi, sosok Mukhtar tampil lagi menghadapi para petinggi polisi yang dipimpin Kapolres Jombang AKBP Nurhidayat saat itu. Mukhtar saat itu berjanji akan mengantarkan anaknya sendiri ke Polda Jatim.
Baca Juga:
Saksi Pelapor Sempat Menangis, Saat Sidang Kasus Pencabulan Bechi Anak Kiai
"Ya nanti, saya antar ke sana," ujar kiai Mukhtar dalam sebuah video.
"Kapan?" balas Nurhidayat.
"Habis setelah selesai acara ini, acara pelantikan. Iya nanti. (Bechi) iya nanti," jawab Mukhtar kembali.
Alhasil, Bechi lagi-lagi gagal ditangkap meski pihak kepolisian sudah berhasil merangsek masuk ke Pesantren. Bechi baru menyerahkan diri secara langsung ke Polda Jawa Timur pada Jumat (8/7) dinihari tadi.
Kiai Kharismatik Jombang
Keberadaan sebuah pesantren tak bisa dilepaskan dari sosok kiai kharismatik yang menjadi pendiri atau pengasuh utama pesantren tersebut.
Begitupun pesantren Majma'al Al Bahrain Shiddiqiyyah tak bisa dilepaskan dari nama Mukhtar Mu'thi sebagai pendiri dan tokoh sentral pesantren tersebut.
Mukhtar dikenal sebagai salah satu kiai kharismatik di kawasan tersebut. Ia merupakan seorang putra tokoh agama di wilayah Ploso Jombang yang bernama H. Abdul Mu'thi, yang merupakan putra kiai Ahmad Syuhada, pendiri Pesantren Kedungturi.
Mukhtar remaja sempat mengenyam pendidikan di Pesantren Darul Ulum Rejoso, serta Pesantren Bahrul ulum Tambakberas Jombang.
Ia juga dikenal memiliki kedalaman ilmu agama Islam. Sejumlah kitab juga dikuasainya mulai dari ilmu fiqh, ilmu hadist, ilmu tata bahasa arab, hingga ilmu tafsir.
Dikutip dari pelbagai sumber, pria yang akrab disapa Kiai Tar itu merupakan murid dari Syekh Ahmad Syuaib Jamali al-Banteni. Syeikh Syuaib Jamali banyak mempengaruhi pemikiran Mukhtar dalam mendirikan Tarekat Shiddiqiyyah di Jombang.
Mukhtar juga dikenal sebagai Mursyid atau pemimpin Tarekat Shiddiqiyyah. Ia memulai gerakan itu pada 1959. Pada fase awal ini, Mukhtar mensosialisasikan ajaran Shiddiqiyyah kepada orang-orang yang berada di sekelilingnya dan sekaligus mereka yang mau menjadi muridnya.
Lambat laun, murid Mukhtar bertambah banyak. Ia lantas mendirikan Yayasan Pendidikan Shiddiqiyyah (YPS) pada 1973. Yayasan ini dibentuk sebagai wadah formal aktivitas Thoriqoh Shiddiqiyyah. Kemudian baru pada 1974 didirikanlah Pesantren Majma'al Bahrain Shiddiqiyyah yang berpusat di Ploso, Jombang.
Muhammad Shodiq dalam bukunya berjudul 'Tarekat Shiddiqiyyah di Tengah Masyarakat Urban Surabaya' (2016) menjelaskan bahwa Tarekat Shiddiqiyyah sangat fokus dalam bidang pendidikan bagi warga/muridnya.
Pendidikan yang dicanangkan Shiddiqiyyah memiliki karakter pendidikan mental spiritual agar dapat mengantarkan pengikutnya menjadi warga negara yang baik, mampu menyatukan unsur keimanan dan kemanusiaan dalam sebuah adigium cinta tanah air.
Oleh karena itu, salah satu ciri tarekat Shiddiqiyyah yang membedakan dengan tarekat yang lain adalah menjunjung sikap cinta tanah air yang dilembagakan dalam konsep pendidikan "hubbul wathon minal iman".
Yayasan Pendidikan Shiddiqiyyah lantas mendirikan lembaga pendidikan semi formal dengan model kurikulum yang disusunnya sendiri yang disingkat dalam akronim THGB (Tarbiyatul Hifdzil Ghulam wal Banat). Lembaga ini menyelenggarakan pendidikan dari jenjang TK sampai setingkat perguruan tinggi yang disebut jenjang Maqoshid. [tum]