Kemudian ada kapal Bantuan Rumah Sakit (BRS) TNI AL yang bakal memakai radar SCANTER besutan Terma.
"Solusi berteknologi tinggi Terma dioperasikan di semua teater operasi (udara, darat, dan laut) oleh pelanggan Indonesia, termasuk Penjaga Pantai (BAKAMLA), Penjaga Laut dan Pantai (KPLP), Direktorat Jenderal Perhubungan Laut (DJP) , Angkatan Laut Indonesia (TNI-AL), Angkatan Udara Indonesia (TNI-AU), dan Bandara Internasional Jakarta. Pada tahun 2019, Terma dianugerahi kontrak untuk penyediaan suite sistem komando dan kontrol C-Flex lengkap untuk empat kapal serang cepat 60 meter (KCR-60). Baru-baru ini, radar SCANTER telah dipilih untuk melengkapi kapal non-tempur seperti Kapal Bantuan Rumah Sakit," tulis terma.com.
Baca Juga:
Percepat Target Transisi Energi, PLN Siap Kembangkan Sejumlah Skenario Agresif
Luar biasa bukan lini KCR Indonesia, sudah kapal buatan dalam negeri, irit biaya, serta murah.
KCR memang jadi solusi praktis bagi Indonesia yang saat ini kekurangan armada kapal perang.
Hal itu pernah diungkapkan oleh peneliti di Institute of Defense and Strategic Studies, unit konstituen dari S. Rajaratnam School of International Studies, Nanyang Technological University di Singapura, Koh Swee Lean Collin.
Baca Juga:
Percepat Target Transisi Energi, PLN Siap Kembangkan Sejumlah Skenario Agresif
Collin menjelaskan bila Indonesia belum bisa menyediakan sendiri 56 fregat secara serempak untuk memperkuat militernya.
"Konfigurasi high and low berlaku untuk Combat Strike Group, di mana 10-12 kapal selam dan 56 fregat dan korvet akan tampak ambisius," jelasnya dikutip dari The Diplomat pada 18 Agustus 2015.
Maka dari itu Indonesia menghitung ulang kemampuan finansialnya agar tetap dapat memenuhi kebutuhan pertahanan.