Tapi jika sayuran itu tidak tidak dimakan hama sekali, curiganya malah terlalu banyak pupuk kimia dan hama saja tidak mau makan.
”Saya dan istri pun berpikir, untuk membuat pupuk kompos untuk tanaman saya di rumah sendiri,” tambahnya.
Baca Juga:
Gerakkan Tani Pro Organik: Meningkatkan Hasil Panen dan Mengurangi Ketergantungan Petani di Kalbar
Singkatnya, sekitar 2 tahun terakhir Basori intens untuk membuat pupuk kompos. Kebetulan, dirinya juga masuk dalam anggota kelompok tani Sumber Rejeki Lima.
“Saya belajar sana sini. Tanya pada yang paham tentang pupuk kompos organik," tambahnya.
Dari situ dia terus mencoba untuk takaran atau campuran yang pas untuk pembuatan pupuk kompos organik tersebut.
Baca Juga:
Petani di Bojonegoro Mulai Beralih Pupuk Organik
”Alhamdulillah, untuk sekarang dalam sebulan, saya dan 11 orang teman kelompok tani, bisa hasilkan 5 ton pupuk kompos organik jenis bokasi padat. Tidak hanya pupuk padat, saya juga buat pupuk cair. Tiap bulan itu bisa hasilkan 200 liter pupuk organik cair (POC) dan pestisida nabati 100 liter dalam sebulan,” ungkapnya.
Darimana bahan pembuatan pupuk kompos organik semua itu? Basori mengungkapkan, dulunya hanya mengandalkan sampah-sampah organik dari keluarga sendiri. Tetapi, saat ini sudah ada beberapa warga yang aktif, kumpulkan sampah organik (daun) dan diantarkan ke rumahnya.
Selain itu, dirinya juga sudah meminta pada peternak, kotoran ternak dan air kencingnya untuk tidak dibuang. Tetapi, bisa diantar ke rumahnya. Nantinya, dirinya akan ganti biaya antar itu.