Ibnu Abil ‘Izz Al Hanafi rahimahullah dalam Syarah Ath-Thahawiyah mengatakan,
“Mazhab salaf dan para imam kaum Muslimin menetapkan sifat murka, rida, al ‘adawah (memusuhi), al wilayah (cinta), al hubb (cinta), al bughdhu (benci), dan sifat lainnya bagi Allah. Dan semua sifat yang terdapat dalam Al-Kitab dan As-Sunnah.”
Baca Juga:
Sederet Alasan Seseorang Miliki Sifat Tertutup dan Pendiam, Apa Saja?
Syekh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin rahimahullah menjelaskan, “Al-ghadhab (murka) adalah lawan dari rida (senang). Di antara akidah Ahlussunnah wal Jama’ah adalah meyakini bahwa Allah memiliki sifat al-ghadhab (murka) dan meyakini bahwa Allah murka kepada orang-orang yang layak dimurkai, seperti orang-orang kafir atau selainnya.
Dalam ayat tentang li’an Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan (sumpah) yang kelima bahwa kemurkaan Allah akan menimpanya (istri), jika dia (suaminya) itu termasuk orang yang berkata benar” (QS. An Nur: 9). Maka sifat al-ghadhab adalah salah satu sifat fi’liyah Allah” (Syarah Aqidah Ahlissunnah wal Jama’ah, hal 243).
Orang-orang yang melakukan ta’thil (menafikan sifat-sifat Allah) mereka juga menolak sifat al-ghadhab (murka). Demikian juga orang-orang ateis dan liberal, mereka mengatakan “masak tuhan kok marah?!” Mereka ini sejatinya melakukan demikian karena menyamakan Allah dengan makhluk. Dan ini jelas kekeliruan.
Baca Juga:
4 Tanda Seseorang Bersikap Egois, Jangan Sampai Ada pada Dirimu!
Syekh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin rahimahullah menjelaskan, “Orang-orang yang melakukan ta’thil, mereka berkata, ‘Allah tidak disifati dengan sifat murka, karena definisi murka itu adalah mendidihnya darah, dan Allah tidak mungkin demikian.’ Maka kita katakan, memang benar bahwa marah itu adalah mendidihnya darah. Karena Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Ketahuilah bahwa kemurkaan itu adalah bara api yang dilemparkan setan ke dalam hati manusia” (HR. Ahmad no. 11587, dinilai dha’if oleh Syekh Syu’aib Al Arnauth dalam Takhrij Al Musnad).
Sehingga ketika marah, pembuluh nadi membengkak, emosi meradang, serta wajah memerah. Namun ini adalah murkanya makhluk! Adapun murkanya Allah tidak demikian. Murkanya Allah adalah murka yang layak bagi keagungan dan kemuliaan Allah ‘azza wa jalla” (Syarah Aqidah Ahlissunnah wal Jama’ah, hal 243).