Outlet tersebut menjual produk dari berbagai pelaku UMKM binaan BRI dari dari seluruh Indonesia. Produk usaha yang dijual platform ini cukup beragam, dimulai dari buah, sayur, frozen food, makanan dan minuman siap santap, hingga makanan ringan/cemilan-cemilan khas daerah.
Dia mengatakan, selama ini produk klaster masih terbatas di wilayah sekitaran kelompok usaha. Media pemasaran produk juga masih terbilang tradisional sehingga produk menjadi kurang dikenal oleh masyarakat luas. Adapun pembentukannya, akan sangat membantu para pelaku usaha di sektor tersebut.
Baca Juga:
Realisasi Penyaluran KUR Sultra Capai Rp3,27 Triliun per Oktober 2024
Supari optimistis kultur tenaga pemasar BRI dapat menjadi lebih kuat, khususnya mantri sebagai advisor pelaku UMKM. Supari menyatakan, BRI mempunyai format efisiensi karena pelaku UMKM bisa melakukan asesmen kebutuhan mereka untuk naik kelas seperti apa.
Dengan 23 juta data terintegrasi, pihaknya bisa melakukan profiling data agar UMKM lebih berdaya saing. Supari menyebutkan, pihaknya juga telah mengintegrasikan data UMi tersebut dengan lembaga terkait, di antaranya terhubung dengan Kementerian Investasi terkait digitalisasi, mendapat perizinan dan sertifikasi halal.
BRI telah memiliki format pemberdayaan yang berupa modul lengkap pemberdayaan on site maupun digital.
Baca Juga:
Jejak Sejarah: 10 Perusahaan Tertua di Indonesia yang Lahir Sebelum Kemerdekaan
"Pemberdayaan on site bisa kami lakukan dengan Rumah BUMN, kemudian dengan Kemenkop UKM, dan beberapa asosiasi dan pihak-pihak universitas," kata Supari.
Dia mengatakan, BRI melakukan beberapa upaya konkret dalam pemberdayaan UMKM.
Pertama, pemberdayaan bisnis berbasis klaster, terdapat 11.000 klaster UMKM. Para pelaku UMKM ini sudah menjadi ikon unggulan beberapa desa.