Dari sisi pull, BI memanfaatkan tujuh kantor perwakilan luar negeri untuk mengidentifikasi pasar, persyaratan, dan kualifikasi yang dibutuhkan. Sebab, setiap negara memiliki ketentuan yang berbeda-beda.
"Sisi push-nya, kita siapkan UKM untuk kita persiapkan untuk bisa masuk ke pasar dengan memenuhi apa saja yang dibutuhkan oleh pasar, tingkatkan kapasitas, dan persyaratan. Sehingga bisa penuhi 3K yakni kualitas, kuantitas, dan kapasitas," jelasnya.
Baca Juga:
Kredit UMKM Tanpa Jaminan dan Bunga di Kukar Jadi Rujukan Daerah
Sementara itu, Direktur Bisnis UMKM BNI Muhammad Iqbal menyatakan per Juni 2022, jumlah nasabah UMKM yang telah melakukan ekspor tercatat ada 40 ribu nasabah. Adapun Jumlah ini melonjak 60% secara tahunan atau year on year (YoY) dari 25 ribu pada Juni 2021.
"Secara value, ekspor UMKM yang kami alami naik dari Rp 14 triliun jadi Rp 22 triliun. Artinya, barang yang diproduksi oleh UMKM binaan BNI jauh lebih dihargai pasar. Orientasinya pada produk olahan makanan dan minuman, kerajinan tangan, dan olahan makanan laut," ujar Iqbal.
Iqbal menyebut pencapaian ini tentunya berkat program unggulan BNI Xpora yang memberikan pendampingan berkelanjutan agar para pelaku UMKM terbiasa melakukan ekspor.
Baca Juga:
Gawat! Korban PHK di Indonesia Tembus 64 Ribu, 3 Sektor Utama Paling Terdampak
Proses program ini dimulai dengan mengakurasi produk UMKM melalui 200 kantor cabang terpilih yang tersebar di Indonesia, sesuai potensi ekspor di masing-masing daerah.
Setelah itu, lanjut Iqbal, BNI akan melakukan pendampingan dengan menggandeng berbagai pihak seperti Bea Cukai, Lembaga Pembiayaan Ekspor dan Impor (LPEI), dan pihak lainnya. Hal ini bertujuan agar para pelaku UMKM memahami kebutuhan pasar, persyaratan, hingga peningkatan kapasitas.
Selanjutnya, saat para pelaku UMKM siap melakukan ekspor, BNI akan melakukan business matching dengan diaspora yang tersebar di berbagai negara dengan mengandalkan kantor cabang luar negeri.