UMKM.WahanaNews.co | Bank Indonesia (BI) mencatat adanya peningkatan pada pemulihan ekonomi tahun ini. Hal ini terlihat dari UMKM yang tak hanya bangkit, tetapi semakin memperkuat pasar luar global.
PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. juga telah mendorong 40 ribu UMKM Go Export. Bank Indonesia pun mengapresiasi langkah BNI ini karena turut membantu BI dalam meningkatkan cadangan devisa untuk mendukung kestabilan ekonomi dalam negeri.
Baca Juga:
Kredit UMKM Tanpa Jaminan dan Bunga di Kukar Jadi Rujukan Daerah
Direktur Eksekutif, Kepala Departemen Pengembangan UMKM dan Perlindungan Konsumen Bank Indonesia (BI) Yunita Resmi Sari menyampaikan konsistensi BNI dalam mendorong UMKM naik kelas dan go export perlu diikuti oleh lebih banyak pelaku industri perbankan lainnya. Terlebih, hal ini seiring dengan langkah bank sentral untuk memasarkan produk UMKM ke manca negara.
"Pengembangan UMKM tidak terlepas dari sinergi antara otoritas dan lembaga termasuk lembaga perbankan. Salah satu program pengembangan UMKM yang dilakukan adalah melalui fasilitasi UMKM hingga tembus ke pasar luar negeri. Dalam hal ini Bank Indonesia mengapresiasi langkah BNI melalui BNI Xpora untuk mendorong UMKM Lokal Indonesia dapat tembus ke pasar luar negeri," ujar Yunita dalam keterangan tertulis, Kamis (4/8/2022).
Yunita menambahkan saat ini, segmen usaha mikro dan kecil terus menunjukkan geliat pertumbuhan positif.
Baca Juga:
Gawat! Korban PHK di Indonesia Tembus 64 Ribu, 3 Sektor Utama Paling Terdampak
Berdasarkan survei BI, sebanyak 63,6% dari jumlah UMKM sudah mengalami peningkatan omzet dibandingkan tahun lalu. Bahkan, 43% dari total tersebut mengalami peningkatan omzet untuk ekspor.
"Menariknya, kredit ekspor kita meningkat 107% dibandingkan tahun sebelumnya, pertumbuhannya hampir US$ 100 juta. Bila kredit meningkat, maka terjadi peningkatan permintaan, kinerja dan peningkatan kapasitas UMKM," tambahnya.
Guna mendorong UMKM melakukan ekspor, Yunita mengatakan bank sentral menggunakan strategi pulls and push.
Dari sisi pull, BI memanfaatkan tujuh kantor perwakilan luar negeri untuk mengidentifikasi pasar, persyaratan, dan kualifikasi yang dibutuhkan. Sebab, setiap negara memiliki ketentuan yang berbeda-beda.
"Sisi push-nya, kita siapkan UKM untuk kita persiapkan untuk bisa masuk ke pasar dengan memenuhi apa saja yang dibutuhkan oleh pasar, tingkatkan kapasitas, dan persyaratan. Sehingga bisa penuhi 3K yakni kualitas, kuantitas, dan kapasitas," jelasnya.
Sementara itu, Direktur Bisnis UMKM BNI Muhammad Iqbal menyatakan per Juni 2022, jumlah nasabah UMKM yang telah melakukan ekspor tercatat ada 40 ribu nasabah. Adapun Jumlah ini melonjak 60% secara tahunan atau year on year (YoY) dari 25 ribu pada Juni 2021.
"Secara value, ekspor UMKM yang kami alami naik dari Rp 14 triliun jadi Rp 22 triliun. Artinya, barang yang diproduksi oleh UMKM binaan BNI jauh lebih dihargai pasar. Orientasinya pada produk olahan makanan dan minuman, kerajinan tangan, dan olahan makanan laut," ujar Iqbal.
Iqbal menyebut pencapaian ini tentunya berkat program unggulan BNI Xpora yang memberikan pendampingan berkelanjutan agar para pelaku UMKM terbiasa melakukan ekspor.
Proses program ini dimulai dengan mengakurasi produk UMKM melalui 200 kantor cabang terpilih yang tersebar di Indonesia, sesuai potensi ekspor di masing-masing daerah.
Setelah itu, lanjut Iqbal, BNI akan melakukan pendampingan dengan menggandeng berbagai pihak seperti Bea Cukai, Lembaga Pembiayaan Ekspor dan Impor (LPEI), dan pihak lainnya. Hal ini bertujuan agar para pelaku UMKM memahami kebutuhan pasar, persyaratan, hingga peningkatan kapasitas.
Selanjutnya, saat para pelaku UMKM siap melakukan ekspor, BNI akan melakukan business matching dengan diaspora yang tersebar di berbagai negara dengan mengandalkan kantor cabang luar negeri.
Iqbal menilai jumlah diaspora yang kini mencapai 8 juta orang berpotensi besar lantaran dapat dijadikan ambassador dan pintu masuk produk UMKM Indonesia di luar negeri.
Lewat program BNI Xpora yang baru diluncurkan pada tahun lalu, BNI telah membawa berbagai produk UMKM ke pasar global melalui diaspora. Salah satunya UMKM pembudidaya tanaman hias yang telah mendapatkan kontrak ekspor senilai Rp 1 triliun per tahun untuk tujuan Eropa.
Di samping itu, ada juga kelompok ibu-ibu asal Jawa Barat yang mampu menarik perhatian salah seorang Diaspora di Hong Kong berkat produksi kerupuknya. Meski masih dalam kapasitas kecil, produk ini telah dipasarkan di Hong Kong hingga China.[zbr]